BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian alinea
Dalam sebuah bacaan, sering kita melihat pembagian
– pembagian pada setiap bacaan atau yang kita sebut alinea atau paragraf. Jadi
Alinea tidak lain dari satu kesatuan pikiran, satu kesatuan yang lebih tinggi
atau lebih luas dari kalimat.ia merupakan himpunan – himpunan dari kalimat yang
bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan. (Gorys Keraf,
1984, komposisi sebuah pengantar
kemahiran bahasa)
Namun,
kadang kita melihat alinea yang terdiri dari satu kalimat.dalam hal ini memang
dimungkinkan dan wujud alinea seperti itu dianggap sebagai pengecualian karena
di samping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi. (Lamuddin
Finoza, komposisi bahasa Indonesia, 2002)
Dilihat dari isinya, alinea merupakan satuan
informasi yang memiliki ide pokok sebagai pengendalinya. Dari uraian ini dapat
dijelaskan bahwa alinea adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri atas
sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai
pengendalinya. (Tim penyusun buku ajar bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel,
Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang Agama Islam, 2006)
Jadi dapat
kita simpulkan bahwa alinea adalah susunan dari beberapa kalimat dalam suatu
bacaan dan di dalamnya terdapat ide pokok sebagai pengendalinya. Dan jika
terdiri hanya satu kalimat maka alinea tersebut kurang ideal. Dan tidak bisa digunakan
dalam karya ilmiah.
B.
Struktur alinea
Jika kita lihat dalam suatu alinea terdiri dari
beberapa kalimat yang fungsinya berbeda – beda. Yakni ada kalimat topik,
kalimat penjelas, dan kalimat simpulan atau penegas. Ciri – cirinya sebagai
berikut.
Ciri kalimat topik:
(1) mengandung permasalahan yang
potensial untuk dirinci dan diuraikan lebih lanjut,
(2) merupakan kalimat lengkap
yang dapat berdiri – sendiri,
(3) mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus
dihubungkan dengan kalimat lain,
2
(4) Dapat dibentuk tanpa bantuan
kata sambung atau penghubung / transisi.
Ciri kalimat penjelas:
(1) Sering merupakan kalimat yang
tidak dapat berdiri sendiri (dari segi arti),
(2) Arti kalimat ini kadang – kadang baru jelas
setelah dihubungkan dengan kalimat lain atau satu alinea,
(3) Pembentukan sering memerlukan
bantuan kata sambung atau frasa penghubung / transisi,
(4) Isinya berupa rincian,
keterangan, contoh, dan data tambahan lainyang bersifat mendukung kalimat
topik. (Lamuddin Finoza, komposisi bahasa Indonesia, 2002)
Fungsi dari
kalimat diatas dapat dilihat seperti contoh di bawah ini:
(1)Islam adalah agama yang sangat memperhatikan persoalan gender. (2)
Ajaran agama islam mengandung prinsip – prinsip keadilan dan kesetaraan gender.
(3) Dalam sejarah, islam telah berhasil mendobrak keterbelakangan dan
ketertindasan yang membatasi harkat kemanusiaan perempuan. (4) Pendidikan islam
juga mendukung lahirnya orang – orang yang krisis dan kreatif yang
mengakibatkan adanya perubahan terhadap budaya diskriminasi terhadap perempuan.
(5) Dengan demikian, jelaslah bahwa ajaran islam memiliki kontribusi yang besar
dalam membentuk relasi gender dalam masyarakat islam.
Contoh diatas terdiri dari 5 kalimat
yang memiliki fungsi yang berbeda – beda. Seperti kalimat (1) yang berfungsi
sebagai kalimat topik yang di dalamnya atau sebagai ide pokok dalam suatu
alinea. Kalimat (2-4) adalah kalimat penjelas yang fungsinya menjelaskan kalimat
(1). Kalimat (5) adalah kalimat penegas atau simpulan yang fungsinya
mempertegas kembali kalimat topik dan sekaligus menyimpulkan isi dari
keseluruhan paragraf.
C.
Persyaratan alinea
Seperti halnya dengan kalimat, sebuah alinea juga
harus memenuhi syarat – syarat tertentu. Alinea yang baik dan efektif harus
memenuhi ketiga syarat berikut:
a. Kesatuan: yang dimaksud dengan kesatuan dalam alinea
adalah semua kalimat yang membina kalimat itu secara bersama – sama menyatakan
suatu hal, suatu tema tertentu.
b. Koherensi: yang dimaksud
dengan koherensi adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan
kalimat yang lain yang membentuk alinea itu. (Gorys Keraf, 1984, komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa)
c. Kelengkapan. (Tim penyusun
buku ajar bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel, Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang
Agama Islam, 2006)
3
Penjabaran dari
syarat – syarat alinea yang memiliki ciri – ciri khusus dan dijelaskan di bawah
ini.
a. Kesatuan alinea
Dimaksud
dengan kesatuan bahwa alinea tersebut
harus memperhatikan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu.
Kesatuan ini tidak boleh diartikan bahwa ia hanya memuat satu hal saja. Sebuah
alinea yang memiliki bisa saja
mengandung beberapa hal, atau beberapa perincian, tetapi semua unsur
tadi haruslah bersama – sama digerakkan untuk menunjang sebuah maksud tunggal
atau sebuah tema tunggal. Maksud tunggal
itulah yang disampaikan oleh penulis dalam alinea itu. (Gorys Keraf, 1984, komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa)
Perhatikan
contoh berikut ini:
Allah telah membekali manusia dengan
akal pikiran untuk dimanfaatkan dalam menjalani kehidupannya. Akal pikiran itu
merupakan ciri keistimewaan manusia, segaligus pembeda antara manusia dengan
makhluk lainnya. Manusia dapat mencapai taraf kehidupan yang mulia karena akal
pikirannya, sebaliknya, manusia pun dapat mengalami kehidupanyang hina karena
akal pikirannya. Namun, meskipun akal manusia telah digunakan dengan baik,
keberadaannya tetap dalam lingkup yang terbatas. Artinya, terdapat persoalan
yang tidak dapat terselesaikan dengan akal pikiran. Salah satunya hal yang
tidak dapat diselesaikan dalam akal pikiran adalah zat Allah.
Dalam
paragraf tersebut dikemukakan tentang satu gagasan pokok yaitu Allah
memberikan akal pikiran kepada manusia untuk digunakan dalam menjalani
kehidupannya. Gagasan pokok ini dijelaskan dengan beberapa gagasan
penunjang berikut ini:
(1)
Akal pikiran itu merupakan ciri keistimewaan manusia.
(2)
Manusia bisa mencapai taraf kehidupan yang mulia karena akal pikirannya,
sebaliknya, manusiapun dapat mengalami kehidupan yang hina karena akal
pikirannya.
(3)
Meskipun akal pikiran manusia telah digunakan dengan baik, keberadaannya
tetap dalam lingkup yang terbatas.
(4)
Terdapat persoalan yang tidak dapat diselesaikan dengan akal pikiran.
(5)
Salah satunya adalah hal yang tidak dapat diselesaikan dengan akal pikiran
adalah zat Allah. (Tim penyusun buku ajar bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel,
Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang Agama Islam, 2006)
4
b. Koherensi
Syarat
kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alinea adalah bahwa alinea itu harus
mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi
apabila hubungan timbal – balik antara kalimat – kalimat yang membina alinea
itu baik, wajar dan mudah dipahami tanpa kesulitan, tanpa merasa ada sesuatu
yang menghambat atau semacam jurang yang memisahkan sebuah kalimat dengan
kalimat lainnya, tidak terasa loncatan – loncatan pikiran yang membingungkan. (Gorys
Keraf, 1984, komposisi sebuah pengantar
kemahiran bahasa)
Koherensi atau
kepaduan dalam sebuah alinea atau paragraf dibangun dengan memperhatikan
beberapa hal, di antaranya ialah:
(1) Pengulangan kata kunci,
(2) Pengulangan kata ganti,
(3) Penggunaan transisi,
(4) Paralelisme. (Tim penyusun
buku ajar bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel, Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang
Agama Islam, 2006)
Contoh:
Lembaga pendidikan islam telah mengalami
perkembangan seiring dengan perkembangan islam di Indonesia. Perkembangan
pendidikan islam terjadi pada jenjang dan jenisnya sejak masa kesultanan, masa
penjajahan, dan masa kemerdekaan. Perkembangan itu telah merubah sistem
pendidikan dari bentuk awal, seperti pengajian di rumah – rumah, mushola,
masjid, kemudian dilanjutkan dengan model pesantren. Perkembangan
terakhir, pendidikan islam telah menjadi lembaga formal dalam bentuk madrasah
sebagaimana yang dikenal sekarang ini.
Kepaduan
pada paragraf tersebut diperoleh dengan penggunaan pengulangan kata kunci,
yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah paragraf.
Selain
menggunakan kata kunci, kepaduan paragraf dapat diperoleh dengan menggunakan
transisi, baik berupa kata maupun kelompok kata. (Tim penyusun buku ajar bahasa
Indonesia IAIN Sunan Ampel, Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang Agama Islam, 2006)
Perhatikan
contoh berikut ini:
5
Dalam sebuah majelis, seorang ulama
membahas topik yang menarik yang tidak pernah terlepas dari jiwa seorang
mukmin, yakni iman. Pembahasan topik ini difokuskan pada masalah urgensi
menjaga iman dalam kehidupan. Setelah itu, ulama tersebut memberi
kesempatan kepada para santri untuk menanyakan perihal iman tersebut.
Kemudian, salah seorang santri bertanya tentang definisi iman, “ Apakah
yang dimaksud iman?” Akhirnya, ulama tersebut menjawab “ Rosulullah
bersabda iman adalah mengetahui dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan
beramal dengan perbuatan” Pernyataan tersebut menunjukkan pentingnya
hakikat iman dalam kehidupan, karena segala tindak – tanduk yang kita perbuat
harus harus dilandasi dengan nilai – nilai keimanan. Dengan demikian,
realisasi dari amal – amal ibadah yang kita lakukan secara ikhlas menunjukkan
bukti atas manifestasi nilai – nilai keimanan yang telah melekat pada diri
seseorang.
c. Kelengkapan
Yang
dimaksud dengan kelengkapan alinea ialah alinea yang berisi kalimat – kalimat
penjelas yang cukup untuk menunjang kalimat topik.
Alinea yang terdiri
dari satu topik saja dikatakan alinea yang belum lengkap.
Contoh:
(1) Hingga saat ini sistem pengelolaan
pendidikan di madrasah belum mengalami perkembangan yang berarti. Kondisi ini
tidak berbeda dengan masa – masa sebelumnya. Beberapa madrasah negeri dan
swasta belum mengalami perkembangan.
(2) Dalam pelaksanaan
desentralisasi pendidikan diharapkan tidak muncul sentralisasi - sentralisasi baru di
berbagai daerah otonom yang mengakibatkan tujuan reformasi pendidikan menjadi
kabur.
Kedua paragraf
tersebut termasuk paragraf yang tidak lengkap. Alinea (1) meskipun terdiri atas lebih dari satu
dari satu kalimat, tapi bukan termasuk alinea
yang lengkap karena kalimat – kalimatnya hanya merupakan pengulangan
kalimat yang pertama. Demikian juga alinea (2), belum termasuk alinea yang
lengkap karena hanya terdiri dari kalimat topik saja. Bandingkan dengan alinea
berikut ini.
Dalam pelaksanaan desentralisasi pendidikan diharapkan
tidak muncul sentralisasi – sentralisasi baru di berbagai daerah otonom yang
mengakibatkan tuuan reformasi pendidikan menjadi kabur. Harapan tersebut dapat
terpenuhi apabila dilakukan analisis tentang sistem pendidikan yang berlagsung
di daerah masing – masing. Analisis ini di perlukan untuk mengetahui kelemahan
dan kekuatan sistem
6
pendidikan telah diberlakukan. Berdasarkan hasil analisis
tersebut, pengelola
pendidikan
merencanakan program pengembangan pendidikan yang jelas dan realistis. (Tim penyusun buku ajar bahasa Indonesia IAIN
Sunan Ampel, Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang Agama Islam, 2006)
D. Jenis alinea
Berdasarkan fungsinya dalam sebuah karangan
terdapat beberapa jenis alinea, yaitu:
(1)
Alinea pembuka,
(2)
Alinea penghubung,
(3)
Alinea penutup.
Tentang ketiga jenis
alinea ini, dijabarkan dibawah ini:
a. Alinea pembuka
Tiap
jenis karangan akan mempunyai alinea yang membuka atau menghantar karangan itu,
atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan itu. Sebab itu sifat –
sifat dari alinea semacam ini harus menarik minat dan perhatian pembaca, serta
sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada apa yang akan segera diuraikan.
Alinea pembuka yang pendek jauh lebih baik, karena alinea – alinea yang panjang
hanya akan menimbulkan kebosanan pembaca. (Gorys Keraf, 1984, komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa)
Alinea
pembuka juga disebut sebagai paragraf topik yaitu alinea yang menentukan arah
dan tatanan sebuah karangan. Dalam karya ilmiah alinea pembuka berfungsi untuk
memberitahukan beberapa hal, yaitu:
(1) Latar belakang,
(2) Masalah,
(3) Tujuan,
(4) Gagasan sentral atau tesis
yang merupakan pendiriana penulis.
Untuk
menarik minat pembaca, penulis dapat memulai karangan dengan percakapan yang
menarik, memberikan ringkasan isi karangan, memberikan contoh kongkret berkenan
dengan pokok pembicaraan, mengajukan pertanyaan yang tajam, memberikan analogi,
kiasan, anekdot dan lain – lain. (Tim penyusun buku ajar bahasa Indonesia IAIN
Sunan Ampel, Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang Agama Islam, 2006)
7
b.
Alinea penghubung
Yang dimaksud alnea penghubung adalah
semua alinea yang terdapat antara alinea pembuka dan alinea penutup. (Gorys Keraf, 1984, komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa)
Secara
terperinci alinea penghubung berfungsi:
(1) Memuat pernyataan –
pernyataan pikiran utama,
(2) Menerangkan tiap pikiran
utama (mendefinisikan, menjelaskan),
(3) Memberikan bukti – bukti
(contoh, alasan, fakta, rincian, dan sebagainya ),
(4) Memberikan komentar tentang
pentingnya pokok pembicaraan.
Alinea
penghubung juga disebut paragraf baku karena tiap alinea penghubung berisi satu
pikiran utama, beberapa pikiran pendukung, dan beberapa pikiran penjelas. (Tim
penyusun buku ajar bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel, Bahasa Indonesia Ilmiah
Bidang Agama Islam, 2006)
Sifat
alinea penghubung tergantung pula dari jenis karangannya. Dalam karangan –
karangan yang bersifat deskriptif, narasi, atau biografi dan eksposisi, alinea
– alinea itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis.bila
uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa alinea disiapkan
sebagai dasar atau landasan, untuk kemudian melangkah kepada alinea – alinea
yang menekankan pendapat pengarang. (Gorys Keraf, 1984, komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa)
c. Alinea penutup
Alinea
penutup adalah alinea yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan. Dengan kata
lain alinea ini mengandung kesimpulan pendapat dari apa yang telah diuraikan
dalam alinea – alinea penghubung. (Gorys Keraf, 1984, komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa)
Dalam
karya ilmiah alinea penutup berisi pernyataan bahwa karangansudah selesai dan
memberitahukan kepada pembaca akan pentingnya topik dan tujuan yang
dimaksudkan. Usaha – usaha untuk menutup karangan agar memberikan kesan yang
kuat kepada pembaca antara lain:
(1) Menegaskan kembali tesis
dengan kata – kata lain,
(2) Merangkum gagasan – gagasan
penting yang telah disampaikan,
8
(3) Memberikan simpulan, saran,
dan atau proyeksi ke depan dan sebagainya. (Tim penyusun buku ajar bahasa
Indonesia IAIN Sunan Ampel, Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang Agama Islam, 2006)
E.
Perkembangan alinea
Perkembangan dan pengembangan alinea mencakup dua
persoalan utama yaitu pertama kemampuan memperinci secara maksimal gagasan utama
alinea ke dalam gagasan – gagasan bawahan, dan kedua, kemampuan mengurutkan
gagasan – gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur. (Gorys Keraf,
1984, komposisi sebuah pengantar
kemahiran bahasa)
Dalam pengembangan paragraf ada beberapa teknik yang
dapat dilakukan, yaitu:
(a) Secara alamiah,
(b) Klimaks an anti klimaks,
(c) Perbandingan dan
pertentangan,
(d) Analogi,
(e) Contoh – contoh,
(f) Sebab akibat,
(g) Definisi, dan
(h) Klasifikasi. (Tim penyusun
buku ajar bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel, Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang
Agama Islam, 2006)
Berikut ini diuraikan
berbagai strategi pengembangan alinea tersebut.
a. Secara alamiah
Pengembangan
alinea secara alamiah ini didasarkan pada urutan ruang dan waktu. Urutan ruang
merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari satu titik ke titik
berikutnya.dalam suatu ruang. Adapun urutan waktu adalah urutan yang
menggambarkan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan. (Tim penyusun
buku ajar bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel, Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang
Agama Islam, 2006)
Contoh:
Allah SWT memberikan perhatian yang
besar terhadap perjalanan waktu agar manusia tidak terlena terhadap waktu. Hal
ini ditunjukkan dengan ungkapan sumpah: demi waktu dhuha, dem waktu siang, demi
waktu ashar, demi waktu malam, demi waktu fajar. Demi waktu dhuha, Allah menggambarkan simbol manusia sempurna,
yaitu Muhammad SAW dan Allah senantiasa membimbing perjalanan hidup manusia
(QS. Ad-Dhuha).
9
Demi waktu siang, Allah menyatakan bahwa
yang menentukan kesuksesan manusia di dunia dan di akhirat adalah hati yang
bersih (QS. As-Syams). Demi waktu ashar, Allah menjelaskan bahwa manusia yang
sukses dan tidak merugi adalah yang beramal saleh dan saling berpesan dengan
kebenaran dan kesabaran (QS. Al-Ashr). Demi waktu malam, Allah menyatakan bahwa
amal perbuatan yang dikarjakan dengan tulus ikhlas akan membawa kebahagiaan di
akherat kelak (QS. Al-Lail ). Demi waktu fajar, Allah menerangkan adzab
terhadap orang – orang kafir yang tidak dapat terelakkan (QS. Al-Fajr).
b. Klimaks dan anti klimaks
Pengembangan
alinea dengan urutan ini didasarkan bahwa posisi tertinggi atau paling
menonjol. Bila posisi yang tertinggi ditempatkan pada bagian akhir disebut
klimaks. Sebaliknya, bila penulis menulisrangkaian dengan posisi paling
menonjol dan makin lama makin tidak menonjol disebut antiklimaks. (Tim penyusun
buku ajar bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel, Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang
Agama Islam, 2006)
Contoh:
Kemampuan manusia menyikapi perjalanan
waktu secara bijaksana akan menentukan keberhasilan manusia di dunia maupun di
akherat. Waktu merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Segala kegiatan
tidak dapat dilepaskan dari konteks waktu. Oleh karena itu, Allah SWT
memberikan perhatian yag besar terhadap perjalanan waktu. Hal ini ditunjukkan
dengan banyaknya firman Allah SWT. Yang dikaitkan dengan konteks waktu, yaitu
QS. Ad-Dhuha, QS. As-Syams, QS. Al-Lail, dan QS. Al-Fajr.
c.
Perbandingan dan pertentangan
Yang
dimaksud dengan perbandingan dan pertentangan adalah suatu cara dimana
pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, obyek atau
gagasan dengan bertolak dari segi – segi tertentu. (Gorys Keraf, 1984, komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa)
Lebih
tepatnya perbandingan dan pertentangan adalah alinea yang pemaparannya
dilakukan dengan jalan membandingkan dan mempertentangkan hal – hal yang
dikemukakan. (Tim penyusun buku ajar bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel, Bahasa
Indonesia Ilmiah Bidang Agama Islam, 2006)
10
d. Analogi
Bila pertentangan
memberi sejumlah ketidaksamaan dan perbedaan antara dua hal, maka analogi
merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda, tetapi dengan
memperlihatkan persamaan segi atau fungsi dari kedua hal tadi, sekedar sebagai
ilustrasi. Atau dapat dikatakan secara lebih sederhana, perbandingan menunjukkan
kesamaan antara barang – barang dalam kelas yang sama, sebaliknya analogi
menunjukkan kesamaan – kesamaan antara dua barang atau hal yang berlainan
kelasnya. Bila seseorang mengatakan ,” awan dari atom itu, membentuk sebuah
cendawan raksasa”, maka perbandingan antara awan ledakan atom, dan cendawan
merupakan sebuah analogi, sebuah kedua hal itu sangat berbeda kelasnya, kecuali
kesamaan bentuknya. (Gorys Keraf, 1984,
komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa)
e. Contoh –contoh
Contoh
– contoh ini digunakan untuk memberi bukti atau penjelasan terhadap
generalisasi yang sifatnya umum agar pembaca dapat dengan mudah menerimanya.
Dalam hal ini sumber pengalaman sangatlah efektif. (Tim penyusun buku ajar
bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel, Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang Agama Islam,
2006)
Contoh:
Isra’ mi’raj merupakan peristiwa
fenomenal yang menimbulkan berbagai pertanyaan. Sebagai contoh adalah
dikabarkannya bahwa langit bukan hanya satu, melainkan ada 7 tingkat. Contoh
lain adalah pertanyaan mengenai manusia yang menjelajahi langit sampai ke tujuh
tingkat hanya dalam waktu beberapa jam saja.
f.
Sebab – akibat
Dalam
paragraf sebab akibat, sebab dapat berfungsi sebagai pikiran utama dan akibat sebagai
pikiran penjelas. Atau sebaliknya, yakni akibat sebagai pikiran utama, dan
sebab sebagai rincian penjelas. (Tim penyusun buku ajar bahasa Indonesia IAIN
Sunan Ampel, Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang Agama Islam, 2006)
11
Contoh:
Sejauh ini ilmu astronomi belum menemukan bahwa
langit alam semesta ini memiliki tujuh lapis. Jangankan langit ke tujuh, langit
yang satu saja belum bisa diahami secara baik oleh ilmu pengetahuan . fakta
inilah yang menjadikan munculnya kontrofersi mengenai israa’ mi’raj.
Bandingkan contoh alinea
sebab-akibat tersebut dengan alinea sebab akibat berikut ini:
Orang – orang pada zaman Nabi SAW. tidak menerima cerita bahwa beliau telah
melakukan perjalanan isra’ mi’raj selama satu malam. Hal ini disebabkan pada
waktu itu perjalanan tersebut hanya bisa dilakukan dalam waktu berbulan –
bulan. Keraguan itu bisa dipahami karena waktu itu belum berkembang teknologi
transportasi modern, yang pada saat ini jarak antara Mekkah dan Palestina bisas
ditempuh pesawat terbaang dalam waktu 1,5 jam.
g.
Definisi luas
Yang
dimaksud dengan definisi dalam alinea adalah usaha pengarang untuk memberikan
keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal. (Gorys Keraf, 1984, komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa)
Contoh:
Wujud merupakan tingkatan ketauhidan seseorang yang
diperoleh melalui tahapan tawajud, wijdu, dan al-wujud. Tawajud adalah usaha
sungguh – sungguh untuk menyintai dan dicintai oleh Allah SWT. Wajdu merupakan
rasa cinta yang sesungguhnya kepada Allah SWT. Seseorang yang telah mencapai
Wijdu disebut al-wajid adalah seorang pecinta sejati kepada Allah SWT. Setelah
itu seseorang akan berada pada keadaan al- wujud, yaitu sirnanya sifat
kemanusiaan yang ada hanyalah wujud al- Haq.
h. Klasifikasi
Dalam
pengembangan alinea, kadang – kadang dikelompokkan hal – hal yang mempunyai
persamaan. Pengelompokan ini biasanya dirinci lagi ke dalam kelompok – kelompok
yang lebih kecil. (Tim penyusun buku ajar bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel,
Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang Agama Islam, 2006)
Contoh:
Dalam kegiatan menulis karya ilmiah, seseorang dituntut
memiliki beberapa kemampuan, antara lain kemampuan yang berhubungan dengan
kebahasaan dan kemampuan mengembangkan tulisan. Kemampuan kebahasaan meliputi
kemampuan menerapkan ejaan, kosakata, dan kalimat. Adapun yang dimaksud dengan
kemampuan pengembangan adalah kemampuan menata paragraf, kemampuan membedakan
pokok bahasan, subpokok bahasan, dan kemampuan membagi pokok bahasaan ke dalam
urutan yang sistematik.
12
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Alinea tidak lain dari satu kesatuan pikiran,
satu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat.ia merupakan
himpunan – himpunan dari kalimat yang bertalian dalam satu rangkaian untuk
membentuk suatu gagasan. (Gorys Keraf, 1984,
komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa)
2. Alinea yang terdiri dari satu
kalimat.dalam hal ini memang dimungkinkan dan wujud alinea seperti itu dianggap
sebagai pengecualian karena di samping bentuknya yang kurang ideal jika
ditinjau dari segi komposisi. (Lamuddin Finoza, komposisi bahasa Indonesia,
2002)
3. Alinea
adalah susunan dari beberapa kalimat dalam suatu bacaan dan di dalamnya
terdapat ide pokok sebagai pengendalinya. Dan jika terdiri hanya satu kalimat
maka alinea tersebut kurang ideal. Dan tidak bisa digunakan dalam karya ilmiah.
4. Ciri kalimat topik:
a. mengandung permasalahan yang
potensial untuk dirinci dan diuraikan lebih lanjut,
b. merupakan kalimat lengkap
yang dapat berdiri – sendiri,
c. mempunyai arti yang cukup
jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat
lain,
d. Dapat dibentuk tanpa bantuan
kata sambung atau penghubung / transisi. (Lamuddin Finoza, komposisi bahasa Indonesia, 2002)
5. Ciri kalimat penjelas:
a. Sering merupakan kalimat yang
tidak dapat berdiri sendiri (dari segi arti),
b. Arti kalimat ini kadang –
kadang baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain atau satu alinea,
c. Pembentukan sering memerlukan
bantuan kata sambung atau frasa penghubung / transisi,
d.
Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data tambahan lainyang
bersifat mendukung kalimat topik. (Lamuddin Finoza, komposisi bahasa Indonesia,
2002)
13
6. Alinea yang baik dan efektif
harus memenuhi ketiga syarat berikut:
a. Kesatuan: yang dimaksud dengan kesatuan dalam alinea
adalah semua kalimat yang membina kalimat itu secara bersama – sama menyatakan
suatu hal, suatu tema tertentu.
b. Koherensi: yang dimaksud dengan
koherensi adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang
lain yang membentuk alinea itu. (Gorys Keraf, 1984, komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa)
c. Kelengkapan. (Tim penyusun
buku ajar bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel, Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang
Agama Islam, 2006)
7. Berdasarkan fungsinya dalam
sebuah karangan terdapat beberapa jenis alinea, yaitu:
a.
Alinea pembuka,
b.
Alinea penghubung,
c.
Alinea penutup.
8.
Perkembangan dan pengembangan alinea mencakup dua persoalan utama yaitu pertama
kemampuan memperinci secara maksimal gagasan utama alinea ke dalam gagasan –
gagasan bawahan, dan kedua, kemampuan mengurutkan gagasan – gagasan bawahan ke
dalam suatu urutan yang teratur. (Gorys Keraf, 1984, komposisi sebuah pengantar kemahiran bahasa)
9. Dalam pengembangan paragraf
ada beberapa teknik yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Secara alamiah,
b. Klimaks an anti klimaks,
c. Perbandingan dan
pertentangan,
d. Analogi,
e. Contoh – contoh,
f. Sebab akibat,
g. Definisi, dan
h. Klasifikasi. (Tim penyusun
buku ajar bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel, Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang
Agama Islam, 2006)
14
DAFTAR PUSTAKA
Finoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta. Diksi
Insan Mulia.
Keraf, Gorys. 1984. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa.
Flores. Penerbit Nusa Indah.
Tim penyusun buku
ajar bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel. 2006. Bahasa Indonesia Ilmiah Bidang Agama Islam.
Surabaya. Tim penyusun buku ajar
bahasa Indonesia IAIN Sunan Ampel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar