Selamat datang di duniaku

Rabu, 16 Mei 2012

ilmu


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Oleh karena itu untuk memahami tentang ilmu terlebih dahulu kita harus mengerti syarat-syarat serta ciri-ciri dari ilmu tersebut.
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan yaitu gabungan antara berfikir secara rasional dan empiris.
Pengertian ilmu dapat didentifikasi bahwa salah satu sifat ilmu adalah koheren yakni tidak kontradiksi dengan kenyataan. Sedangkan berkenaan dengan metode pengembangan ilmu, ilmu memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang reliable, valid, dan akurat. Artinya, usaha untuk memperoleh dan mengembangkan ilmu dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang memiliki keterandalan dan keabsahan yang tinggi, serta penarikan kesimpulan yang memiliki akurasi dengan tingkat siginifikansi yang tinggi pula. Bahkan dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal.
Banyak orang awam yang salah mengartikan antara pengetahuan ilmu dengan pengetahuan, padahal keduanya terletak pada tataran dan juga memiliki ciri yang berbeda. Kita harus memahami ciri-ciri dan syarat-syarat dari ilmu, sehingga karakteristik ilmu itu sendiri lebih mudah diidentifikasi. Akhirnya yang sangat penting adalah metode-metode yang dipakai dalam bidang ilmu pada umumnya.[1]





B.     Rumusan Masalah
1.      Apa syarat – syarat dari ilmu?
2.      Apa saja karakteristik/ ciri-ciri dari ilmu?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui syarat-syarat dari ilmu
2.      Untuk mengetahui berbagai karakteristik dari ilmu




                                                                                                                                   























BAB II
LANDASAN TEORI

Ilmu pengetahuan dikembangkan pada dasarnya memang untuk mencapai kebenaran atau memperoleh pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang benar akan membawa manusia memperoleh pemahaman yang benar mengenai alam semsta dunia sekelilingnya, serta masyarakat lingkungannya, dan bahkan untuk lebih memahami diri sendiri. Ilmu merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk memperadab dirinya.[2]
Menurut Suriasumantri ciri-ciri keilmuan didasarkan pada jawaban yang diberikan ilmu terhadap tiga pertanyaan pokok yang mencakup apa yang ingin kita ketahui (ontologis), bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut (epistemologi), dan apa nilai kegunaannya bagi kita (axiologi). Dalam hal ini, falsafah mempelajari masalah ini sedalam-dalamnya dan hasil pengkajiannya merupakan dasar dari eksistensi atau keberadaan ilmu.[3]
Karl Pearson, mengatakan bahwa ilmu adalah lulusanketerangan yang komprehensif, konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilahyang sederhana.[4]
Paul Freedman menjelaskan sebagai berikut. Ilmu adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang melalui pelaksanaannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan pemahaman tentang alam yang senantiasa lebih cermat dan lebih meningkat, pada suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan diri sendiri terhadapnya dan mengubah lingkungannya dan mengubah ciri-cirinya sendiri.
Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi persyaratan-persyaratan. Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti. Lorens Bagus menjelaskan bahwa dalam teori skolastik terdapat pembedaan antara obyek material dan obyek formal. Ilmu juga mensyaratkan adanya pokok permasalahan (subject matter atau focus of interest). ilmu mensyaratkan adanya pokok permasalahan yang akan dikaji.


BAB III
PEMBAHASAN

Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu. Untuk lebih memahami karakteristik dari ilmu kita harus terlebih dahaulu mempelajari syarat-syarat dari ilmu serta ciri – cirri yang dimiliki oleh ilmu tersebut.[5]

A.    Syarat-Syarat Ilmu
Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1.      Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.. Sedangkan Objektifitas atau objektif dalam keilmuan berarti upaya-upaya untuk menangkap sifat alamiah (mengindentifikasi) sebuah objek yang sedang diteliti/ dipelajari dengan suatu cara dimana hasilnya tidak tergantung pada fasilitas apapun dari subjek yang menyelidikinya.
2.      Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran yang secara umum dikenal dengan istilah metode ilmiah. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3.      Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4.      Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
B.     Ciri-Ciri Ilmu/ Kriteria Ilmu
Adapun beberapa ciri utama ilmu  menurut terminologi, antara lain adalah: [6]
  1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat di ukur dan dapat di buktikan. Berbeda dengan iman yaitu pengetahuannya didasarkan atas keyakinan kepada ghoib dan penghayatan serta pengalaman pribadi.
  2. Ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang sama dan saling berkaitan secara logis.
  3. Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat didalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang sepenuhnya dimantapkan.
  4. Ilmu adalah metodologi sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya ilmu menuntut pengamatan dan berfikir metodis, tertata rapi.
  5. Kesatuan setiap ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya. Teori skolastik mengenai ilmu membuat pembedaan antara objek material dan objek formal. Yang mencirikan sebuah ilmu adalah objek formalnya, sementara objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.

Ada juga kriteria/ciri-ciri ilmu menurut beberapa pakar ilmu yaitu sebagai berikut:
·         Menurut Randall dan Buchker mengemukakan beberapa ciri umum ilmu diantaranya :
1.      Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupan milik bersama.
2.      Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang menyelidiki adalah manusia.
3.      Ilmu bersifat objektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak bergantung pada pemahaman secara pribadi.
·         Ralph Ross dan Enerst Van den Haag mengemukakan bahwa ilmu memiliki sifat-sifat rasional, empiris, umum, dan akumulatif.[7]
Menurut Ernest van den Haag mengemukakan ciri-ciri ilmu yaitu:
1.      bersifat rasional karena hasil dari proses berfikir dengan menggunakan akal (rasio)
2.      bersifat empiris karena ilmu diperoleh dari sekitar pengalaman panca indra.
3.      bersifat umum karena hasil umum dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali.
4.      bersifat akumulatif karena hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian selanjutnya.
·         Lorens Bagus, tentang pengertian ilmu dapat didentifikasi bahwa salah satu sifat ilmu adalah koheren yakni tidak kontradiksi dengan kenyataan. Sedangkan berkenaan dengan metode pengembangan ilmu, ilmu memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang reliable, valid, dan akurat. Artinya, usaha untuk memperoleh dan mengembangkan ilmu dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang memiliki keterandalan dan keabsahan yang tinggi, serta penarikan kesimpulan yang memiliki akurasi dengan tingkat siginifikansi yang tinggi pula. Bahkan dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal
·         Sementara itu, Ismaun mengetengahkan sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai berikut
1.      obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak berdasarkan pada emosional subyektif,
2.      koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan;
3.       reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi,
4.      valid; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun eksternal,
5.      memiliki generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum,
6.      akurat; penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi,
7.      dapat melakukan prediksi; ilmu dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal
         























BAB IV
ANALIS KRITIS

            Ilmu sangatlah penting dalam sebuah perjalanan hidup. Oleh sebab itu manusia sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial di wajibkan untuk mencari ilmu tersebut untuk mejalani hidup ini agar tidak terkucilkan sekaligus tidak menempuh jalan yang bukan semestinya. Ilmu sendiri di peroleh melalui sebuah proses pengalaman-pengalaman yang akhirnya menimbulkan sebuah pengetahuan. Dan dari pengetahuan ini akan tercipta ilmu-ilmu. Misalnya saat otto liliental menciptakan pesawat terbang kemungkinan karena pengalamannya yang sering melihat burung yang bisa terbang di angkasa, dan menimbulkan pertanyaan bagaimana bisa? Dan terjawab dengan sebuah pengetahuan bahwa sayap yang membantu burung untuk terbang. Dan akhirnya terinspirasi untuk membuat sebuah pesawat. Yang itu juga termasuk ilmu.
            Secara ilmiah sebuah ilmu dapat dikatakan sebagai ilmu jika memenuhi syarat-syarat dan juga karateristik atau ciri sebagai ilmu. Namun tidak tertutup kemungkinan ada ilmu yang tidak sesuai dengan syarat-syarat dan karateristik ilmu itu sendiri. Karena masih banyak yang belum bisa di pecahkan oleh otak manusia yang sangat terbatas namun memiliki kekayaan yang sangat luar biasa. Misalnya tentang kehidupan setelah mati, itu meupakan sesuatu yang tidak bisa di rasionalkan dan empiris bagi sebagian orang. Namun sebagian orang yang lain mengaggap itu sebagai sesuatu yang masuk akal dan nyata karena ada bukti-bukti yang otentik. Sedangkan ilmu sendiri adalah universal yang bisa diterima oleh sebagian besar orang di bumi ini.
            Syarat pengetahuan bisa dikatakan sebagai sebuah ilmu diantaranya adalah adanya objek atau sasaran yang akan di kaji atau karena timbul dari sebuah permasalahan yang akhirrnya menimbulkan banyak pertanyaan-pertanyaan yang ingin di cari tahu jawabannya. Syarat yang lain adalah ilmu tersebut terpola dengan baik, maksudnya tersusun secara sistematis mulai dari proses terbentuknya, pengembangan sampai penggunaannya. Sehingga di butuhkan langkah-langkah ilmiah agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan ilmu tersebut. Selain itu ilmu juga memilik syarat bersifat universal, mulai dari perumusan ilmu tersebut sampai dengan pengkajian ilmu tersebut bersifat umum. Ilmu timbul tidak hanya dari pemikiran satu orang namun banyak para ilmuan yang menyumbangkan pemikirannya untuk melengkapi ilmu tersebut. Begitu juga dengan pengkajiannya tidak hanya boleh dikaji oleh satu golongan saja namun semua orang bisa mengkajinya, dan bisa di terima oleh mereka. Namun syarat yang ketiga ini tidak mutlak harus dimiliki oleh sebuah ilmu. Sebab tidak semua orang memiliki pemikiran yang sama sehingga tidak pasti ilmu itu bersifat universal secara sempurna.
Ilmu memiliki beberapa ciri, diantaranya, koheren, sistematis dan dapat di ukur. Selain itu ilmu juga memiliki keterkaitan antara ilmu yang satu dengan yang lain sehingga satu ilmu tidak bisa di lepaskan dari ilmu yang lain. Oleh sebab itu ilmu juga bisa bekembang dan menjadi ilmu baru dengan mengkajinya lebih khusus dan mendalam. Ilmu juga merupakan milik bersama sehingga semua orang bisa mengkajinya dan dapat mengembangkannya semaksimal mungkin dan yang terpenting adalah dapat dirasakan manfaatnya bagi yang mempelajarinya.
Untuk beberapa tokoh yang mengatakan ilmu itu bersifat logis, rasional, dan juga dapat di tangkap oleh panca indra rasanya kurang begitu tepat. Alasanya seperti yang dituliskan di atas, bahwa tidak semua ilmu bisa di nalar dan di cerna oleh otak manusia juga siterima oleh panca indra, sebab keterbatasan otak dan kemampuan manusia. Andaikan sekarang bisa di temukan jawabnya namun akan ada hal lain lagi yang tidak bisa diterima oleh akal rasional dan di terima oleh panca indra. Itu akan berlanjut karena ilmu itu hakekatnya tidak ada habisnya dan tidak ada yang sanggup untuk mengkaji semuanya. Ilmu dikaji tidak bertambah sempit namun akan semakin bertambah luas dan tidak ada habisnya.













BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
       Persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu jika memenuhi syarat, seperti :
  1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya.
  2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
  3. Sistematis. untuk mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
  4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).
Adapun beberapa ciri/kriteria utama ilmu  menurut terminologi adalah:
  1. ilmu adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat di ukur dan dapat di buktikan.
  2. ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang sama dan saling berkaitan secara logis.
  3. ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat didalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang sepenuhnya dimantapkan.
  4. ilmu adalah metodologi sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya ilmu menuntut pengamatan dan berfikir metodis, tertata rapi.
  5. kesatuan setiap ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya.
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
Gazalba, Sidi. 1992. Sistematika Filsafat. Jakarta : Bulan Bintang
Rapar, Hendrik Jan. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Kanisius
Suriasumantri, Jujun S. 1982, Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Sinar Harapan
Suriasumantri, Jujun S. 1984. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jkarta : Bumi Aksara
The Liang Gie. 1991. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 2002. Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty
http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ilmu
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/hakikat-ilmu/


[1] Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 2002. Filsafat Ilmu. (Yogyakarta : Liberty), hal. 126

[2] Jujun S. Suriasumantri, 1982, Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta : Sinar Harapan),    hal. 110
[3] Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 2002. Filsafat Ilmu. (Yogyakarta : Liberty), hal 90
[4] Amsal Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada), hal 15
[5] Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 2002. Filsafat Ilmu. (Yogyakarta : Liberty), hal. 128
[6] Amsal Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada), hal 13
[7] Amsal Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada), hal 15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar