BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan
ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak,
melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Oleh karena itu untuk memahami
tentang ilmu terlebih dahulu kita harus mengerti syarat-syarat serta ciri-ciri
dari ilmu tersebut.
Ilmu
merupakan kumpulan pengetahuan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan
ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Ilmu merupakan pengetahuan yang
didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan yaitu gabungan
antara berfikir secara rasional dan empiris.
Pengertian ilmu dapat didentifikasi bahwa
salah satu sifat ilmu adalah koheren yakni tidak kontradiksi dengan kenyataan.
Sedangkan berkenaan dengan metode pengembangan ilmu, ilmu memiliki ciri-ciri
dan sifat-sifat yang reliable, valid, dan akurat. Artinya, usaha untuk
memperoleh dan mengembangkan ilmu dilakukan melalui pengukuran dengan
menggunakan alat ukur yang memiliki keterandalan dan keabsahan yang tinggi,
serta penarikan kesimpulan yang memiliki akurasi dengan tingkat siginifikansi
yang tinggi pula. Bahkan dapat memberikan daya prediksi atas
kemungkinan-kemungkinan suatu hal.
Banyak orang
awam yang salah mengartikan antara pengetahuan ilmu dengan pengetahuan, padahal
keduanya terletak pada tataran dan juga memiliki ciri yang berbeda. Kita harus
memahami ciri-ciri dan syarat-syarat dari ilmu, sehingga karakteristik ilmu itu
sendiri lebih mudah diidentifikasi. Akhirnya yang sangat penting adalah
metode-metode yang dipakai dalam bidang ilmu pada umumnya.[1]
B.
Rumusan Masalah
1. Apa syarat – syarat dari ilmu?
2. Apa saja karakteristik/ ciri-ciri dari
ilmu?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui syarat-syarat dari ilmu
2. Untuk mengetahui berbagai karakteristik
dari ilmu
BAB II
LANDASAN TEORI
Ilmu pengetahuan dikembangkan pada
dasarnya memang untuk mencapai kebenaran atau memperoleh pengetahuan yang
benar. Pengetahuan yang benar akan membawa manusia memperoleh pemahaman yang
benar mengenai alam semsta dunia sekelilingnya, serta masyarakat lingkungannya,
dan bahkan untuk lebih memahami diri sendiri. Ilmu merupakan salah satu hasil
dari usaha manusia untuk memperadab dirinya.[2]
Menurut Suriasumantri ciri-ciri keilmuan
didasarkan pada jawaban yang diberikan ilmu terhadap tiga pertanyaan pokok yang
mencakup apa yang ingin kita ketahui (ontologis), bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan tersebut (epistemologi), dan apa nilai kegunaannya bagi kita
(axiologi). Dalam hal ini,
falsafah mempelajari masalah ini sedalam-dalamnya dan hasil pengkajiannya
merupakan dasar dari eksistensi atau keberadaan ilmu.[3]
Karl Pearson, mengatakan bahwa ilmu adalah
lulusanketerangan yang komprehensif, konsisten tentang fakta pengalaman dengan
istilahyang sederhana.[4]
Paul Freedman menjelaskan sebagai berikut.
Ilmu adalah suatu bentuk aktivitas manusia yang melalui pelaksanaannya umat
manusia memperoleh suatu pengetahuan dan pemahaman tentang alam yang senantiasa
lebih cermat dan lebih meningkat, pada suatu kemampuan yang meningkat untuk
menyesuaikan diri sendiri terhadapnya dan mengubah lingkungannya dan mengubah
ciri-cirinya sendiri.
Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai
ilmu apabila dapat memenuhi persyaratan-persyaratan. Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti. Lorens Bagus menjelaskan
bahwa dalam teori skolastik terdapat pembedaan antara obyek material dan obyek
formal. Ilmu juga
mensyaratkan adanya pokok permasalahan (subject matter atau focus of interest).
ilmu mensyaratkan adanya pokok permasalahan yang akan dikaji.
BAB III
PEMBAHASAN
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa
penyebab sesuatu. Untuk lebih memahami karakteristik dari ilmu kita harus
terlebih dahaulu mempelajari syarat-syarat dari ilmu serta ciri – cirri yang
dimiliki oleh ilmu tersebut.[5]
A.
Syarat-Syarat Ilmu
Ada
persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu
banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1. Objektif. Ilmu harus memiliki
objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat
hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam
mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu
dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif
berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.. Sedangkan Objektifitas atau objektif dalam
keilmuan berarti upaya-upaya untuk menangkap sifat alamiah (mengindentifikasi)
sebuah objek yang sedang diteliti/ dipelajari dengan suatu cara dimana hasilnya
tidak tergantung pada fasilitas apapun dari subjek yang menyelidikinya.
2. Metodis
adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam mencari kebenaran yang secara umum dikenal dengan istilah metode ilmiah. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus
terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari
kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti
metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis.
Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus
terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan
rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat
merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran
universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga
bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat.
Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang
dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan
manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu
sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
B.
Ciri-Ciri Ilmu/ Kriteria Ilmu
Adapun beberapa ciri utama
ilmu menurut terminologi, antara lain
adalah: [6]
- Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat di ukur dan dapat di buktikan. Berbeda dengan iman yaitu pengetahuannya didasarkan atas keyakinan kepada ghoib dan penghayatan serta pengalaman pribadi.
- Ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang sama dan saling berkaitan secara logis.
- Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat didalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang sepenuhnya dimantapkan.
- Ilmu adalah metodologi sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya ilmu menuntut pengamatan dan berfikir metodis, tertata rapi.
- Kesatuan setiap ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya. Teori skolastik mengenai ilmu membuat pembedaan antara objek material dan objek formal. Yang mencirikan sebuah ilmu adalah objek formalnya, sementara objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.
Ada juga kriteria/ciri-ciri
ilmu menurut beberapa pakar ilmu yaitu sebagai berikut:
·
Menurut
Randall dan Buchker mengemukakan
beberapa ciri umum ilmu diantaranya :
1. Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupan
milik bersama.
2. Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan
bisa terjadi kekeliruan karena yang menyelidiki adalah manusia.
3. Ilmu bersifat objektif, artinya prosedur
kerja atau cara penggunaan metode ilmu tidak tergantung kepada yang
menggunakan, tidak bergantung pada pemahaman secara pribadi.
·
Ralph Ross dan Enerst Van den Haag mengemukakan bahwa ilmu memiliki
sifat-sifat rasional, empiris, umum, dan akumulatif.[7]
Menurut
Ernest van den Haag mengemukakan ciri-ciri ilmu yaitu:
1. bersifat rasional karena hasil dari proses
berfikir dengan menggunakan akal (rasio)
2. bersifat empiris karena ilmu diperoleh
dari sekitar pengalaman panca indra.
3. bersifat umum karena hasil umum dapat
dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali.
4. bersifat akumulatif karena hasil ilmu
dapat dipergunakan untuk dijadikan objek penelitian selanjutnya.
·
Lorens Bagus, tentang pengertian
ilmu dapat didentifikasi bahwa salah satu sifat ilmu adalah koheren yakni tidak
kontradiksi dengan kenyataan. Sedangkan berkenaan dengan metode pengembangan
ilmu, ilmu memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang reliable, valid, dan akurat.
Artinya, usaha untuk memperoleh dan mengembangkan ilmu dilakukan melalui
pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang memiliki keterandalan dan
keabsahan yang tinggi, serta penarikan kesimpulan yang memiliki akurasi dengan
tingkat siginifikansi yang tinggi pula. Bahkan dapat memberikan daya
prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal
·
Sementara
itu, Ismaun mengetengahkan sifat atau
ciri-ciri ilmu sebagai berikut
1. obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat
diamati dan tidak berdasarkan pada emosional subyektif,
2. koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan
kenyataan;
3. reliable;
produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat
keterandalan (reabilitas) tinggi,
4. valid; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan
melalui alat ukur dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara
internal maupun eksternal,
5. memiliki generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu dapat
berlaku umum,
6. akurat; penarikan kesimpulan memiliki keakuratan
(akurasi) yang tinggi,
7. dapat melakukan prediksi; ilmu dapat memberikan daya prediksi atas
kemungkinan-kemungkinan suatu hal
BAB IV
ANALIS KRITIS
Ilmu sangatlah penting dalam sebuah
perjalanan hidup. Oleh sebab itu manusia sebagai makhluk individu sekaligus
sebagai makhluk sosial di wajibkan untuk mencari ilmu tersebut untuk mejalani hidup ini agar tidak terkucilkan sekaligus tidak
menempuh jalan yang bukan semestinya. Ilmu sendiri di peroleh melalui sebuah
proses pengalaman-pengalaman yang akhirnya menimbulkan sebuah pengetahuan. Dan
dari pengetahuan ini akan tercipta ilmu-ilmu. Misalnya saat otto liliental menciptakan pesawat terbang kemungkinan karena
pengalamannya yang sering melihat burung yang bisa terbang di angkasa, dan
menimbulkan pertanyaan bagaimana bisa? Dan terjawab dengan sebuah pengetahuan
bahwa sayap yang membantu burung untuk terbang. Dan akhirnya terinspirasi untuk
membuat sebuah pesawat. Yang itu juga termasuk ilmu.
Secara
ilmiah sebuah ilmu dapat dikatakan sebagai ilmu jika memenuhi syarat-syarat dan
juga karateristik atau ciri sebagai ilmu. Namun tidak tertutup kemungkinan ada
ilmu yang tidak sesuai dengan syarat-syarat dan karateristik ilmu itu sendiri. Karena
masih banyak yang belum bisa di pecahkan oleh otak manusia yang sangat terbatas
namun memiliki kekayaan yang sangat luar biasa. Misalnya tentang kehidupan
setelah mati, itu meupakan sesuatu yang tidak bisa di rasionalkan dan empiris
bagi sebagian orang. Namun sebagian orang yang lain mengaggap itu sebagai
sesuatu yang masuk akal dan nyata karena ada bukti-bukti yang otentik.
Sedangkan ilmu sendiri adalah universal yang bisa diterima oleh sebagian besar
orang di bumi ini.
Syarat pengetahuan bisa
dikatakan sebagai sebuah ilmu diantaranya adalah adanya objek atau sasaran yang
akan di kaji atau karena timbul dari sebuah permasalahan yang akhirrnya
menimbulkan banyak pertanyaan-pertanyaan yang ingin di cari tahu jawabannya. Syarat
yang lain adalah ilmu tersebut terpola dengan baik, maksudnya tersusun secara
sistematis mulai dari proses terbentuknya, pengembangan sampai penggunaannya.
Sehingga di butuhkan langkah-langkah ilmiah agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan
ilmu tersebut. Selain itu ilmu juga memilik syarat bersifat universal, mulai
dari perumusan ilmu tersebut sampai dengan pengkajian ilmu tersebut bersifat
umum. Ilmu timbul tidak hanya dari pemikiran satu orang namun banyak para ilmuan
yang menyumbangkan pemikirannya untuk melengkapi ilmu tersebut. Begitu juga dengan
pengkajiannya tidak hanya boleh dikaji oleh satu golongan saja namun semua
orang bisa mengkajinya, dan bisa di terima oleh mereka. Namun syarat yang
ketiga ini tidak mutlak harus dimiliki oleh sebuah ilmu. Sebab tidak semua
orang memiliki pemikiran yang sama sehingga tidak pasti ilmu itu bersifat
universal secara sempurna.
Ilmu memiliki beberapa
ciri, diantaranya, koheren, sistematis dan dapat di ukur. Selain itu ilmu juga
memiliki keterkaitan antara ilmu yang satu dengan yang lain sehingga satu ilmu
tidak bisa di lepaskan dari ilmu yang lain. Oleh sebab itu ilmu juga bisa
bekembang dan menjadi ilmu baru dengan mengkajinya lebih khusus dan mendalam.
Ilmu juga merupakan milik bersama sehingga semua orang bisa mengkajinya dan
dapat mengembangkannya semaksimal mungkin dan yang terpenting adalah dapat
dirasakan manfaatnya bagi yang mempelajarinya.
Untuk beberapa
tokoh yang mengatakan ilmu itu bersifat logis, rasional, dan juga dapat di
tangkap oleh panca indra rasanya kurang begitu tepat. Alasanya seperti yang
dituliskan di atas, bahwa tidak semua ilmu bisa di nalar dan di cerna oleh otak
manusia juga siterima oleh panca indra, sebab keterbatasan otak dan kemampuan
manusia. Andaikan sekarang bisa di temukan jawabnya namun akan ada hal lain
lagi yang tidak bisa diterima oleh akal rasional dan di terima oleh panca indra.
Itu akan berlanjut karena ilmu itu hakekatnya tidak ada habisnya dan tidak ada
yang sanggup untuk mengkaji semuanya. Ilmu dikaji tidak bertambah sempit namun
akan semakin bertambah luas dan tidak ada habisnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya.
- Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
- Sistematis. untuk mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
- Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu).
Adapun beberapa ciri/kriteria utama ilmu
menurut terminologi adalah:
- ilmu adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat di ukur dan dapat di buktikan.
- ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang sama dan saling berkaitan secara logis.
- ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat didalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang sepenuhnya dimantapkan.
- ilmu adalah metodologi sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide yang terpisah-pisah. Sebaliknya ilmu menuntut pengamatan dan berfikir metodis, tertata rapi.
- kesatuan setiap ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar,
Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta :
PT. RajaGrafindo Persada
Gazalba, Sidi. 1992. Sistematika Filsafat. Jakarta
: Bulan Bintang
Rapar,
Hendrik Jan. 1996. Pengantar Filsafat.
Yogyakarta : Kanisius
Suriasumantri,
Jujun S. 1982, Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta :
Sinar Harapan
Suriasumantri,
Jujun S. 1984. Ilmu dalam Perspektif.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Surajiyo.
2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jkarta : Bumi Aksara
The Liang
Gie. 1991. Pengantar Filsafat Ilmu.
Yogyakarta : Liberty
Tim Dosen
Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 2002. Filsafat
Ilmu. Yogyakarta : Liberty
http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ilmu
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/hakikat-ilmu/
[1] Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas
Filsafat UGM. 2002. Filsafat Ilmu.
(Yogyakarta : Liberty),
hal. 126
[2] Jujun S. Suriasumantri, 1982, Filsafah
Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta : Sinar Harapan), hal. 110
[3] Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas
Filsafat UGM. 2002. Filsafat Ilmu.
(Yogyakarta : Liberty),
hal 90
[4] Amsal Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada), hal 15
[5] Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas
Filsafat UGM. 2002. Filsafat Ilmu.
(Yogyakarta : Liberty),
hal. 128
[7] Amsal Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada), hal 15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar