Selamat datang di duniaku

Rabu, 16 Mei 2012

filsafat ilmu


BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Dalam setiap ilmu pengetahuan, untuk mencapai suatu hasil yang valid, sering para ilmuwan melakukan beberapa kali percobaan. Dalam percobaan yang dilakukan tidak jarang mereka mengalami kendala atau problem-problem yang terjadi dalam pengambilan suatu kesimpulan untuk mendapatkan suatu kebenaran yang dicapai dan diinginkan dapat diterima oleh masyarakat dan para ilmuwan lainnya.
Selain itu, para ilmuwan harus mampu mengkaji objek-objek yang yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang dapat memunculkan suatu penemuan yang baru. Dengan adanya pengklasifikasaian objek-objek yang sama akan mempermudahh mempelajari suatu ilmu. Seorang ilmuwan harus dapat mengolah objek yang ada untuk menjadi suatu kajian yang dapat diterima masyarakat.  
Seperti halnya para filosof yang mengungkapkan beberapa problem atau masalah yang timbul saat mereka mengemukakan suatu pendapat tentang metode-metode untuk mencapai suatu kebenaran. Tak jarang pendapat mereka diterima dan ada juga yang tidak diterima atau ditolak oleh para filosof lainnya. Hal ini terjadi karena kurangnya bukti-bukti yang dapat memperkokoh suatu pendapat atau hipotesis, jika seorang ingin hipotesisnya diterima maka harus mempunyai suatu fakta yang akurat.
Namun dari problem-problem yang muncul inilah suatu ilmu pengetahuan dapat tercipta. Hal ini karena para filosof ilmu pengetahuan terus berusaha untuk melakukan suatu eksperimen untuk menghasilkan suatu kebenaran yang dapat diterima oleh para filosof lain dan diterima oleh nalar masyarakat.
Adanya problem-problem yang terjadi dan dialami oleh filosof sangat bermanfaat bagi masyarakat karena adanya problem dapat muncul suatu ilmu pengetahuan yang dapat bermafaat bagi masyarakat serta generasi selanjutnya. Dari persoalan yang ada kita akan mengkaji tentang problem-problem yang berkaitan dengan filsafat ilmu.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang timbul dari persoalan yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas,
  1. Apa saja objek-objek filsafat ilmu?
  2. Bagaimana pendapat para filsuf ilmu mengenai problem-problem dalam Filsafat Ilmu?
  3. Problem-problem filsafat apa saja yang menjadi kajian filsafat ilmu?
1.3. Manfaat penulisan
  1. Untuk mengetahui apa saja objek-objek dari filsafat ilmu.
  2. Untuk mengetahui pendapat para filosof ilmu mengenai problem-problem dalam Filsafat Ilmu.
  3. Untuk mengetahui problem-problem dalam Filsafat Ilmu.
1.4. Tujuan
Dengan diketahuinya problem-problem filsafat diharapkan para generasi penerus dapat mengetahui asal usul dari suatu ilmu itu. Serta dapat menambah wawasanpara pembaca tentang problem-problem filsafat ilmu, selain itu diharapkan para pembaca dapat mengetahui cabang-cabang filsafat ilmu yang timbul karena adanya problem-problem filsafat ilmu.







BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka
Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang patut dimilki oleh setiap manusia karena pentingnya suatu ilmu pengetahuan bagi kehidupan masyarakat baik untuk dirinya maupun untuk orang diseitarnya. Apa jadinya jika seseorang tidak memilki ilmu pengetahuan bagaikan orang yang buta di siang hari. Pada zaman sekarang  perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat membuat manusia berbondong-bondong untuk mencari ilmu pengetahuan baik ilmu sosial atauoun ilmu eksak. Banyaknya ilmu megakibatkan pengkasifikasian ilmu pengetahua sesuai dengan objek kajian yang terkait dengan masalah atau problem yang timbul. Dengan adanya pengklasifikasian dapat mempermudah pembelajaran atau mengkaji ilmu pengetahuan. Sehingga dapat terselesaikannya problem-problem yang timbul dari berbagai cabang ilmu pengetahuan. Untuk itu, kita perlu menetahui apa yang menjadi problem-problem yang muncul dalam filsafat ilmu sehingga dapat ditemukan suatu kebenaran.

2.2. Tinjauan Teori   
                  Setiap ilmu pengetahuan  mempunyai objek-objek yang akan dipelajari ata dikaji untk mendapatkan suatu kebenaran. Misalkan saja biologi yanng membahas tentang makhluk hidup yang ada di bumi kita ini. Seperti halnya biologi filsafat juga mempunyai kajian atau objek yang dipelajari. Dalam filsafat ilmu ada dua macam objek kajian yaitu objek formal dan objek material.
Dalam mengembangkan suatu cabang ilmu orang dapat mengarah ke luar sehingga mencapai pembahasan yang semakin tehnis dan lebih rumit atau bergerak ke dalam untuk tiba pada pemahaman yang lebih fundamental dan problem yang amat hakiki. Konsep, asas, dan pemikiran yang fundamental itu lazimnya menjadi medan kerja dari filsafat.
Filsafat sebagai rangkaian aktivitas dari budi manusia pada dasarnya adalah pemikiran reflektif. Pemikiran ini senantiasa bersifat memantul dalam arti menengok diri sendiri untuk memahami bekerjanya budi itu. Budi manusia yang diarahkan untuk menelaah fenomena-fenomena tertentu sehingga melahirkan sesuatu ilmu khusus kemudian juga memantul berpikir tentang ilmu khusus ini sehingga menumbuhkan filsafat mengenai sesuatu ilmu.
Filsafat sesuatu ilmu khusus merupakan salah satu cabang dalam ruang lingkup filsafat ilmu seumumnya. Pada kelanjutannya filsafat ilmu merupakan suatu bagian dari filsafat. Dengan demikian, pembahasan mengenai lingkupan filsafat sesuatu ilmu khusus tidak dapat terlepas dari kaitan dengan pertama-tama persoalan-persoalan dalam filsafat ilmu dan kedua problem-problem filsafat pada umumnya.
Problem menurut definisi A. Cornelius Benjamin ialah ”Suatu situasi praktis atau teoritis yang untuk itu tidak ada jawaban lazim atau otomatis yang memadai, dan yang oleh sebab itu memerlukan proses-proses refleksi”.[1]masih banyak pendapat para filosof yang bersangkutan tentang problem-problem filsafat ilmu seperti:
1.      Cornelius Benyamin
2.      Michael Berry
3.      Van Fraassen & H. Margenau
4.      David Hull
5.      Victor Lensen
6.      J. J. C. Smart
7.      Joseph Sneed
8.      Frederick Suppe
9.      W. Theobald
10.  W.H. Walsh
11.  Walter Weimer
12.  Philip Wiener







Dari problem-problem yang ada dalam filsafat ilmu ternyata mencakup beberapa cabang dari filsafat seperti:
1.      Epistemologi
2.      Metafisika
3.      Logika
4.      Etika
5.      Estetika















BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Objek material dan formal filsafat ilmu
           Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu yang lain, juga memilki objek material dan formal sendiri. Objek material atau pokok bahasan filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Disini terlihat perbedaan antara penetahuan dan ilmu pengetahuan. Pengetahuan lebih bersifat umum dan didasarkan dengan pengalaman sehari-hari, sedangkan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang bersifat khusus dengan ciri-ciri; sistematis, metode ilmiah tertentu serta dapat diuji kebenerannya.[2]  
Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan. Jadi objek formal (sudut pandang) filsafat itu bersifat mengasaskan atau berprinsip dan oleh karena menggagas maka filsafat itu menklasifikasikan kebenaran dan ketidakbenaran.[3]
Problem-problem inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
Landasan ontologi pengembangan ilmu artinya titil tolak penelaan ilmu pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimilki oleh seorang ilmuwan.
Landasan epistemologi pengembangan ilmu artinya titil tolak penelaan ilmu pengetahuan yang didasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran.
Landasan aksiologi penngembangan ilmu merupakan sikap etis yang harus dikembangkan oleh seorang ilmuwan terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya.[4]


  
3.2. Pendapat para filsuf mengenai problem-problem dalam Filsafat Ilmu.
Banyak sekali pendapat para filosof ilmu mengenai kelompok atau perincian problem apa saja yang diperbincangkan dalam filsafat ilmu. Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas perlulah kiranya dikutip pendapat-pendapat yang berikut :
11    Cornelius Benyamin
Benyamin mengidentifikasi tiga persoalan yaitu :
a.       Persoalan mengenai hubungan-hubungan teoritis antara ilmu satu dengan yang lain serta ilmu-ilmu dengan usaha-usaha manusia untuk memahami, menilai dan mengendalikan dunaia.
b.      Persoalan yang bersangkut paut dengan implikasi teoritis dari kebenaran-kebenaran tertentu.
c.       Persoalan yang berkaitan dengan efek-efek praktis, yakni dari efek dari penemuan ilmiah terhadap cara hidup, kesehatan dan lain-lainnya.
2. Michael Berry
Dua problem dari tohoh ini yaitu;
a.       Bagaimana kuantitas dan rumusan dalam teori-teori ilmiah yang bertalian dengan peristiwa dalam dunia alamiah diluar pikiran kita.
b.      Bagaimana dapat dikatakan bahwa teori atau dalil ilmiah adalah benar berdasarkan induksi dari sejumlah percobaan.

3. B. Van Fraassen & H. Margenau
Problem uatam filsafat ilmu setelah tahun 1960 adalah :
a.       Metodologi
Hal-hal yang menonjol yang banyak diperincikan adalah mengenai sifat dasar dari penjelasan ilmiah, logika penemuan, teori probabilitas dan teori pengukuran
b.      Landasan Ilmu
landasan ilmu empiris harus melakukukan penelitian-penelitian mengenai landasannya dan mencapai sukses seperti halnya landasan matemayika.


c.       Ontologi
pokok kajian adalah konsep substansi, proses, waktu, ruang, kausalitas, hubungann budi dan materi serta status entitas.

4. David Hull
Pendapat tokoh ini mengajukan persoalan tentang :
Apakah filsafat ilmu berlaku untuk semua bidang ilmu kealaman, atau ada beberapa filsafat ilmu yang cocok dalam ruang lingkupnya sendiri.
5. Victor Lensen
Pendapat tokoh ini mengajukan persoalan dalam kaitannnya dengan :
a)      Struktur ilmu adalah metode dan bentuk pengetahuan ilmiah
b)      Pentingnya ilmu bagi praktek dan pengetahuan bagi realitas
6. J. J. C. Smart
Pendapat tokoh ini mencoba meraba jika seorang umum membuka majalah filsafat, maka akan muncul :
1.      Pertanyaan tentang ilmu, misalnya pola-pola perbincangan ilmiah, langkah-langkah pengujian ilmiah dan cara-cara merumuskan konsep ilmiah.
2.      Bagaimana mempergunakan ilmu itu, misalnya bahwa hasil penyellidikan ilmiah akan menolong para filosof menjawab pertanyaan masyarakat.
7. Joseph Sneed
Pendapat tokoh ini meyakini dan menyarankan bahwa dualitas dintara masalah-masalah filsafat ilmu adalah menyesatkan. Hal ini disebabkan kerena filsafat ilmu seumumnya merupakan suatu usaha normatif, sedang filsafat ilmu khusus tidak normatif.
8. Frederick Suppe
Pendapat tokoh ini menyakini bahwa pokok masalah filsafat ilmu adalah sifat dasar atau struktur teori ilmiah. Sehingga filsafat ilmu sebagai suatu analisis mengenai teori dan peranannya dalam usaha ilmiah sedikit berlebihan
9. W. Theobald
Tokoh ini berpendapat ada dua kategori masalah  yaitu :
a)      Masalah metodologis, menyangkut struktur masalah ilmiah dan keterhubungannya.
b)      Penyelidikan arti dan implikasi sebuah konsep dari ilmu
10. W.H. Walsh
Bahwa masalah filsafat ilmu mencakup sekelompok problem yang timbul dari metode dan pra-anggapan dari ilmu serta sifat dasar dan persyaratan dari pengetahuan ilmiah.
11. Walter Weimer
Tokoh ini mengungkapkan empat masalah filsafat ilmu,yaitu :
1.      Pencarian terhadap suatu teori penyimpulan rasional.  Ini bekisar pada penyimpulan induktif, sifat dasanya dan pembenarannya.
2.      Pertumbuhan pengetahuan ilmiah, ciri dan penjelasannya.
3.      Pencarian terhadap suatu teori tindakan pragmatis.
4.      Kejujuran intelektual.
12. Philip Wiener
Pandangan tokoh ini terhadap filsuf ilmu dewasa ini yang membahas masalah seputar:
1.      Struktur logis  ilmu-ilmu.
2.      Keterhubungan antar ilmu.
3.      Hubungan ilmu yang sedang tumbuh dengan tahapan lainnya.[5]
Menurut John S burbacher problem-problem filsafat seperti relita, penetahuan dan nilai merupakan suatu problem essensial antara filsafat dan pendidikan yan mempunyai hubungan yang sangat erat satu sama lain.[6]

3.3. Problem-problem dalam filsafat ilmu
Epistemologi
Istilah epistemology didalam bahasa .inggris dikenal dengan istilah”Theory of Knowledge”,Epistemologi berasal dari kata ”Episteme” dan ”Logos”.Epistime berarti pengetahuan,dan Logos berarti Teori.Dapat di simpulkan bahwa epistemology merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula pengetahuan struktur,metode dan validitas pengetahuan.Prinsip epistemologi adalah bagiaan filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan,batas-batas,sifat metode dan keahlian pengetahuan. Oleh karena itu sistematika penulisan epistemologis adalah terjadinya pengetahuan, teori kebenaran,metode-metode ilmiah dan aliran-aliran teori pengetahuan.[7]Persoalan epistemologi berpusat pada apakah yang ada,yang di dalamnya memuat:
1.Problem-problem asal pengetahuan (origin)
                       *Apakah sumber-sumer pengetahuan
                        *Dari mana pengetahuan  yang benar dan bagaimana kita
                          dapat mengetahui.
2.Problem Penampilan (appereance).
                       *Apakah yang menjadi karateristik pengetahuan?
 *Adakah dunia nil dari luar akal apabila ada dapatkah
                          diketahui
3.problem mencari kebenaran (verification).
                        *apakah pengetahuan kita benar.
  *bagaimana membedakan antara kebenaran dan kekeliruan.[8]

Metafisika
Istilah metafisika berasal dari “meta” dan “fisika” meta berarti sesudah, selain atau sebaliknya. Fisika yang berarti nyata atau alam. Metafisika berarti sesudah sebalik yang nyata. Di tinjau dari segi filsafatsecara menyeluruh. Metafika adalah ilmu yang memikirkan hakikat di balik alam nyata. Metafisika memperbincangkan hakikat dari segala sesuatu yang dapat diserap oleh panca indera.[9]
Metafisika merupakan cabang filsafat yang memuat suatu bagian dari persoalan filsafat yang :
1.      Membicarakan tentang prinsip-prinsip yang paling universal
2.      Membicarakan sesuatu yang bersifat keluarbiasaan (beyond nature).
3.      Membicarakan karakteristik hal-hal yang sangat mendasar yang berada diluar pengalaman manusia (immediate experience)
4.      Berupaya menyajikan suatu pandangan yang komperhensif tentang segala sesuatu.
5.      Membicarakan persoalan-persoalan seperti hubungan akal dengan benda,                                                                                                                                    hakikat, perubahan, pengertian tentang kemerdekaan, wujud Tuhan kehidupan setelah mati dan lainnya.[10]

Menurut Aristoteles ilmu metafisika termasuk cabang filsafat teoritis yang membahas masalah hakikat segala sesuatu sehingga dengan demikian ilmu metafisika menjadi inti filsafat . masalah-masalah yang metafisik merupakan sesuatu yang fundamental dari kehidupan, oleh karena itu setiap orang yang sadar berhadapan dengan sesuatu yang metafisik tetap tersangkut dalamnya. Dalam pemikiran lebih lanjut pemakaian istilah metafisika di sejajarkan dengan ontologi.

Pemakaian kedua istilah tersebut  memiliki pendukung dan masing-masing tokoh.seorang ahli ontology terkenal yaitu Nicolai Harzman pernah menggunakan istilah metafisika akan tetapi dalam perkembangan lebih lanjut menonjolkan istilah ontologi. Gootfrred Martin memandang istilah metafisika sinonim dengan istilah ontology. Tokoh yang memuat istilah ontology popular adalah Christian Wolff (1679-1714) istilah ontology berasal dari bahasa yunani yaitu : ta onta berarti “yang berada” dan logi berarti ilmu pengetahuan, ajaran. Dengan demikian ontologi adalah ilmu pengetahuan atau ajaran tentang yang ada.[11].

Logika
           Logika berasal dari bahasa Yunani,dari kata sifat”Logike”yang berhubungan dengan kata benda Logos yang berarti perkataan atau kata sebagai manifestasi dari pikiran manusia. Secara etimologis dapat diartikan bahwa logika adalah ilmu yang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa. Alexander aprodisias (sekitar permulaan abad ke-3 SM) adalah filsuf yang pertama menggunakan kata logika dalam arti ilmu yang menyelidiki tingkat kelurusan pemikiran manusia.
           Dengan menerapkan Hukum-hukum pemikiran yang lurus,tepat dan sehat,kita dimasukkan kedalam lapangan logika sebagai suatu kecakapan. Hal ini menyatakan bahwa logika bukanlah teori belaka, logika juga merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek. Inilah sebabnya mengapa logika disebut filsafat yang praktis.
           Logika memiliki  obyek material yaitu berpikir, sedangkan yang di maksudkan berpikir adalah kegiatan pikiran, akal budi manusia, apabila seseorang berpikir maka berarti dia mengolah mengajarkan pengetahuan yang telah di peroleh. Dengan berpikir atau bernalar, merupakan suatu bentuk kegiatan akal atau rasio manusia dengan mana pengetahuan yang kita terima melalui panca indra diolah dan ditunjukkan untuk mencapai suatu kebenaran.
Menurut Alex lanur ofm: logika dapat dibedakan atas 2 macam yaitu:
1.      Logika Kodrahah
Akal budi dapat bekerja menurut hukum-hukum Logika dengan cara yang spontan tapi dalam hal-hal yang sulit baik akal budinya maupun seluruh diri manusia dapat dan nyatanya dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif.


2.      Logika ilmiah.
Logika ilmiah memperluas, mempertajam pikiran serta akal budi berkat pertolongan. Logika ini dapatlah akal budi bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman.[12]

Etika
Etika merupakan cabang aksiologi yang pada pokoknya membicarakan masalah predikat-predikat nilai ”betul” (righ) dan ”salah” (wrong) dalam arti ”susila” (moral) dan ”tidak asusila” (imoral). Sebagai pokok bahasan khusus, etika membicarakan sifat-sifat yang menyebabkan orang-orang tersebut susila atau bijak.
Kualitas-kualitas atau atribut-atribut dinamakan kebijakan-kebijakan (virtues) yang dilawankan dengan kejahatan-kejahatan (vices) yang berarti sifat yang menunjukkan bahwa orang yang mempunyainya dikatakan sebagai orang yang tidak asusila[13].
Etika adalah ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Mempelajari etika bertujuan untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu. Beberapa filsuf telah memberkan pandangannya tentang etika. Sejak saat itu masalah etika telah menjadi salah satu pembahasan pokok filsafat[14].
Etika scheler timbul dari hasrat untuk melanjutkan etika kant. Meskipun dengan mengatasi formalisme etika kant[15]. John locke memiliki pandangan lain tentang etika. Ia menolak adanya pemahaman kesusilaan sebagai bawaan, tabiat manusia sebab tabiat bawaan itu hanyalah kecenderungan-kecenderungan yang mengatasi perbuatan manusia[16].


Esietika
Istilah ”aksiologi” dipakai untuk memberikan batasan pengertian terhadap penyelidikan mengenai kebaikan pada umumnya. Sedangkan bagi penyelidikan mengenai hakekat keindahan dinamakan ”estetika”. Meskipun demikian, estetika mempersoalkanpula teori-teori mengenai seni.
Sebuah karya dapat dikatakan indah atau tidak. Namun dalam arti tertentu orang dapat mengatakan seni. Yang demikian ini menggambarkan dua macam hal. Pertama, seni tidak semata-mata berusaha menyatakan keindahan. Keindahan memang mungkin merupakan salah satu hal yang hendak dinyatakan oleh seni. Kedua, ada sejumlah prinsip tertentu, yang apabila diterapkan akan menghasilkan karya seni.
Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat dikelompok-kelompokan sebagai ”rekayasa”, ”pola”, ”bentuk”, dan sebagainya. Dengan demikian estetika sudah mendekati menjadi ilmu pengetahuan tersendiri, yang tidak dapat dimasukkan dalam bidang filsafat[17].
 Hendaknya diperhatikan bahwa dalam estetika ada beberapa masalah, seperti asal mula pengalaman estetika, hakekat pengalaman estetika, hakekat seni, dan terciptanya seni. Ada empat macam penyelesaian yang dapat dipilih, antara lain :
1.   Seni merupakan hasil kegiatan intuisi dan ekspresi.
2.   Seni merupakan rasa nikmat yang obyektivasikan.
3.   Seni merupakan ungkapan keindahan yang menjadi obyek akali.
4.   Seni merupakan pengalaman yang teratur serta lengkap yang didalamnya makhluk hidup secara perorangan mengalami keberhasilan[18].
























Bab IV
Analis kritis

              Kata filsafat mungkin sebagian orang tidak asing lagi dengan kata ini namun sebagian lagi asing dengan kata ini. Kebanyakan orang menganggap filsafat merupakan suatu ilmu yang sangat dalam dan hanya dapat dipelajari oleh orang-orang tertentu karena apabila orang yang ingin mempelajari filsafat tidak memiliki bekal ilmu yang cukup akan mengakibatkan orang tersebuut mengalami stress bahkan ada juga yang sampai keluar dari agama yang dipeluk. Namun apabila filsafat ini dipelajari dengan sungguh-sungguh oleh orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang memadai akan menjadikan orang tersebut lebih bisa menghargai dan tahu arti  buat apa kita hidup didunia ini.
          Filsafat merupakan suatu induk dari segala ilmu pengetahuan karena dari filsafat inilah suatu ilmu timbul. Banyak sekali persoalan yang ada di bumi ini baik menyangkut mahkluk Allah yang hidup ataupun yang tidak hidup, yang tampak dan tidak tampak oleh mata kita. Ini merupakan suatu objek yang cukup banyak untuk dikaji oleh manusia. Oleh karena itu ilu pengetahuan yang sudah ada merupakna suatu contoh pengklasifikasian objek-objek yang dipelajari oleh mannusia. Oleh karena itu, Objek kajian dari filsafat ini cukup luas karena mencakup segala suatu yang ada di bumi mulai dari terciptanya manusia, bagaimana kejiwaan manusia, kepercayaan manusaia. Selain objeknya ditujukan untuk manusia filsafat jga memperbincangkan tentang interaksi manusia dengan hewan atau makhluk Allah yang lainnya.
            Para filosof yang mempelajari filsafat tidak jarang mengalami suatu kendala dalam mempelajarinya atau pada saat para filosof tengah menemukan suatu eksperimen yanng belum ada dan diharapkan dapat memberikan suatu ilmu yang memang memilki suatu nilai kebenaran yang dapat dipergunakan oleh masyarakat. Sangahan-sangahan yang datang dari para filosof lainnya tidak jarang dapat menumbangkan pendapat yang tengah dikemukakan. Sangahn-sangahan yang datang dari para filsof yang lain harus dapat dijawab dengan sempurna agar pendapatnya tidak tumbang.  Jikalau memang para filosof ini tidak dapat mempertahankan penemuannya maka filosof harus dapat memperbaiki penemuannya agar lebih valid lagi.
            Dengan adanya objek kajian yang dipelajari dan problem-problem yang muncul maka para filosof ini menkaji kembali dan mengklasifikasilkan problem-problem yang ada ternyata hasil dari pengkajian para filosof ini menganggap bahwa problem-problem yang ada masih berkisar dengan cabang-cabang filsafat itu sendiri. Seperti halnya epistemologi yang membahas tentang asal mula pengetahuan struktur,metode dan validitas pengetahuan. Logika yang membahas tentang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa. Metafisika yang
Membahas tentang ilmu yang memikirkan hakikat di balik alam nyata. Etika merupakan cabang aksiologi yang pada pokoknya membicarakan masalah predikat-predikat nilai ”betul” (righ) dan ”salah” (wrong) dalam arti ”susila” (moral) dan ”tidak asusila” (imoral). Sedangkan bagi penyelidikan mengenai hakekat keindahan dinamakan ”estetika”. Dari sebagian pengertian cabang filsafat yang telah kami sebutkan tersebut akan lebih mempermudahkan kita sebagai generasi penerus untuk mempelajari filsafat lebih dalam lagi agar lebih mengetahui bagaimana asal usul suatu ilmu itu muncul.




















Bab V
Penutup

5.1.   Simpulan
           Dari pemaparan yang telah dibahas diatas, kelompok kami menyimpulkan bahwa Filsafat ilmu memilki objek material dan formal sendiri. Objek material atau pokok bahasan filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu menaruh perhatian terhadap problem-problem mendasar ilmu pengetahuan.
           Telah banyak pendapat para filosof yang berkaitan dengan adanya problem-problem yang berkaitan dengan filsafat ilmu. Dari pendapat-pendapat yang ada dapat kita tarik kesimpulan bahwa para filosof ini mengemukakan problem-problem yang masih berkaitan dengan cabang-cabang filsafat seperti epistemologis, logika, metafisila, etika dan estetika.
           Epistemology merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam tentang asal mula pengetahuan struktur,metode dan validitas pengetahuan. Metafika adalah ilmu yang memikirkan hakikat di balik alam nyata Etika merupakan cabang aksioligi yang pada pokoknya membicarakan masalah predikat-predikat nilai ”betul” (righ) dan ”salah” (wrong) dalam arti ”susila” (moral) dan ”tidak asusila” (imoral). Logika adalah ilmu yang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.
              Menurut Alex lanur ofm: logika dapat dibedakan atas 2 macam yaitu:
  Logika Kodrahah
  Logika ilmiah.
              Estetika  adalah suatu penyelidikan mengenai hakekat keindahan.


          



Bab VI
Daftar Pustaka

1.      Drs. H. M. Indar , djuberansyah M. Ed,1994,  Filsafat  Pendidikan, Surabaya: Suara Aditama.
2.      Drs. H. Salam, buranuddin, 2008, Pengantar Filsafat, Jakarta: Bumi Aksara.
3.      Drs.Sudarsono SH. Msi 2001 , filsafat ilmu, Jakarta : Rineka Cipta
4.      Frondizr,Risieri, 2001, Pengantar Filsafat Nilai, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
5.      Gie, the liang,2004, Pengantar filsafat ilmu, Yogyakarta: Liberty
6.      Prof. Dr Okattsof Louis, 1992, Pengantar Filsafat, Yogya : Tiara Wacana Yogyakarta.
7.      Prof.  Tafsir ,achmad, 2008, Filsafat Umum, Bandung: PT. Rosda Remaja
8.      Rizal,mustasyir, dkk, 2001, Filsafat Ilmu,yogya: Pustaka Pelajar.
9.      Rumahlaili.blog.com
                































Lampiran



















 
RUANG LINGKUP, PERAN DAN PROBLEM-PROBLEM FILSAFAT ILMU

Diposkan oleh Laili Saadah, S.Psi Label: ARTIKEL
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian tentang filsafat sedikit banyak sudah kita ketahui meskipun belum memadai, tetapi bila dikorelasikan dengan ilmu (science) tentu terdapat pengertian yang agak lain, sebab ilmu kalau diidentifikasikan sebagai pengetahuan yang berkehendak secara sadar untuk menuntun menuju suatu kebenaran yang bermetode, bersistem dan berlaku secara universal.
Selanjutnya muncullah suatu pertanyaan apakan filsafat itu juga merupakan ilmu atau bukan? Dengan melihat devinisi tersebut apakah kita melihat bahwa filsafat berasal dari kehendak sadar manusia yang penuh dengan rasa ingin tahu tentang sesuatu dan bahkan segala sesuatu yang sama-sama ingin memperoleh kebenaran. Mungkin jawabannya dalam konteks ini ialah filsafat juga bisa memperoleh sifat ilmiah maka ia juga dikatakan ilmu, sebab dengan sadar menurut kebenaran, bermetode, bersifat dan hasil-hasil sifat universal.
Tetapi ada hal yang medasar yang memberikan perbedaan antara filasafat dan ilmu, yaitu dari sisi sudut pandang pembahasan. Ilmu melihat objek cukup dalam tetapi tidak sedalam filsafat yang radikal, filsafat membahas objek sedalam-dalamnya. Contoh: apabila ilmu bertanya tentang bagaimana dan apa sebabnya? Maka filsafat lebih dari itu, ia bertanya apa itu sesungguhnya (esensinya)? Dari mana awalnya? Dan kemana akhirnya? Jika ilmu dalam membahas objek kajian hanya berdasarkan pengalaman, maka filsafat mempertanyakan pengalaman itu sendiri, oleh karena itu dalam filsafat terdapat epistimology, yaitu filsafat pengetahuan yang membicarakan bagaimana cara memperoleh pengetahuan dari engalaman tersebut. Berangkat dari sudut pandang yang berbeda itulah, munculnya penggabungan kedua istilah menjadi Filsafat Ilmu, yang bermaksud mempertanyakan ilmu itu sendiri yang tentunya mempunyai kajian yang mendalam.
Filasat ilmu adalah bagian dari epistimology yang secara sesifik mengkaji hakikat ilmu. Filsafat ilmu merupakan penelaahan secara filsafati terhadap beberapa pertanyaan mendasar akan hakikat ilmu itu sendiri . Banyak para filosof mengemukakan pendapatnya tentang ruang lingkup filsafat ilmu, dari pendapat-pendapat tersebut tentu saja pada akhirnya memiliki keterikatan sehingga menjadikan persoalan semakin mudah untuk memahaminya.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Hingga saat ini filsafat ilmu telah berkembang pesat sehingga menjadi suatu bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat mendalam. Beberapa filusuf memberikan pendapatnya tentang ruang lingkup filsafat ilmu. Diantara filusuf-filusuf tersebut adalah:
a. Pater Anggeles
Sebagaimana dikutip Liang Gie, dalam bukunya Dictionary of Philosohy, Pater Anggeles membagi empat konsentrasi utama dalam filsafat ilmu :
1. Telaah mengenai beberaa konsep, pra anggapan, dan metode ilmu, berikut analisis, perluasan dan penyusunannya untuk mendaatkan pengetahuan yang lebih ajeg dan cermat.
2. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur perlambangannya.
3. Telaah mengenai saling keterkaitan antara berbagai macam ilmu.
4. Telaah mengenai berbagai akibat pengtahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan dengan penyerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, hubungan logika dan matematika dengan realitas, entitas teoritis, sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar manusia.
b. Cornelius Benjamin
Dalam pandangannya, pokok-pokok asal filsafat ilmu dibagi dalam tiga bidang, meliputi:
1. Telaah mengenai metode ilmu, lambang ilmiah, dan struktur logis dari system berlambang ilmiah. Telaah ini banyak menyangkut logika dan teori pengetahuan, dan teori umum tentang tanda.
2. Penjelasan mengenai konsep dasar, pra anggapan dan pangkal pendirian ilmu, berikut landasan-landasan empiris, rasional dan ragmatis yang menjadi tempat tumpuannya.
3. Aneka telaah mengenai saling keterkaitan diantara berbagai ilmu dan implikasinya bagi suatu teori alam semesta seperti idealisme, materialime, monisme dan pluralisme.
c. Arthur Danto
Dalam uraiannya dapat disimpulakan bahwa lingkupan filsafat ilmu mencakup:
1. Persoalan-persoalan konsep yang memiliki kaitan erat dengan ilmu itu sendiri sehingga pemecahannya dapat seketika dipandang sebagai sumbangan kepada ilmu dari pada kepada filsafat.
2. Persoalan-persoalan umum dengan pertalian umum yang filsafati sehingga pemecahannya merupakan suatu sumbangan kepada metafisika atau epistimologi seperti kepada filsafat ilmu yang sesungguhnya.
d. Israel Scheffier
Filsafat ilmu yang mencari pengetahuan umu tentang ilmu atau dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu, cakupannya ada tiga bidang, yaitu:
1. Peran ilmu dalam masyarakat, yang menelaah hubungan-hubungan antara faktor-faktor kemasyarakatan dan ide-ide ilmiah.
2. Dunia sebagaimana digambarkan oleh ilmu, berusaha melukiskan asal mula dan struktur alam semesta menurut teori-teori yang terbaik dan penemuan-penemuan dalam kosmologi.
3. Landasan-landasan ilmu, menyelidiki metode umum, bentuk logis, cara penyimpulan, dan konsep dasar ilmu-ilmu.
e. Ensiklopedia Britanica, merangkum tentang cakupan filsafat ilmu sebagai berikut:
1. Sifat dasar dan lingkup filsafat ilmu dan hubungannya dengan cabang ilmu lain, aneka ragam soal dan metode-metode hampiran terhadap filsafat ilmu.
2. Berdasarkan sisi histories.
3. Unsur-unsur sisi ilmiah.
4. Gerakan-gerakan pemikiran ilmiah, meliputi penemuan ilmiah, pembuktian keabsahan dan embenaran dari konsep dan teori baru, dan penyatuan teori-teori dan konsep-konsep ilmu yang terpisah.
5. Kedudukan filsafat dari teori ilmiah, yang terdiri dari: kedudukan proporsi ilmiah dan konsep entitas, hubungan antara analisis filsafati dan praktek ilmiah.
6. Pentingnya pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain dari pengalaman dan soal manusia.
f. Noeng Muhadjir, dalam bukunya Filsafat Ilmu: Positivisme, Post Positivisme dan Post Modernimisme. Mengemukakan bahwa obyek studi filsafat minimal terdiri atas dua hal yang substansif, meliuti kenyataan dan kebenaran dan dua hal yang instrumentatif, meliputi konfirmasi dan logika inferensi.
Dengan memperhatikan perkembangan filsafat ilmu dewasa ini, John Loosee, seorang fisuf pengamat sejarah menyimpulkan bahwa filsafat ilmu dapat dikelompokkan menjadi empat konsepsi:
1. Filsafat ilmu yang berusaha menyusun pandangan-pandangan dunia berdasarkan teori-teori ilmiah yang penting.
2. Filsafat ilmu yang berusaha memaparkan pra-anggapan dan kecenderungan ilmuan.
3. Filsafat ilmu sebagai cabang pengetahuan yang menganalisis konsep dan teori dari ilmu.
4. Filsafat ilmu sebagai pengetahuan kritis yang menelaah ilmu sebagai sasarannya.

2. Peran Filsafat Ilmu
Menurut Harold H. Filsafat adalah suatu usaha untuk memahami alam semesta, maknanya dan menilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreatifitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).
Dr. Oemar A. Husein, mengatakan ilmu memberi kepada kita pengetahuan dan filsafat memberikan hikmah, filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenarannya.
Sutan Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya Pembimbing ke Filsafat Metafisika, filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran-pikiran dan kemampuan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemudian, malahan kebangsawanan filsafat diantara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, itulah tujuan tertinggi dan satu-satunya, bagi manusia, berfilsafat itu berarti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam ataupun kebenaran.
Radhakrisnan dalam bukunya, History of philosophi menyebutkan: peran/tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menerapkan nilai, menerapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menopang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan nation, ras dan keyakinan keagamaan, mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada arti sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya.
Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual filsafat dapat mendukung kepercayaan tersebut tidak bergantung kepada konsepsi, yang pra-ilmiah, yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan dan Tuhan.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Oerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajam pikiran maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar menjadi manusia yang baik berguna dan bangsa.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berfikir), etika (berperilaku), maupun metafisika (hakikat keaslian). Sekarang terdapat pernyataan: Apa peran filsafat ilmu setelah dipelajari? Atau dengan lain: Apa manfaatnya kita mempelajari filsafat ilmu?.
Peran filsafat ilmu ada bermacam-macam. Namun sekurang-kurangnya ada 4 macam peran yaitu:
1) Agar terlatih berfikir serius.
2) Agar mampu memahami filsafat.
3) Agar mungkin menjadi filsafat.
4) Agar menjadi warga negara yang baik.
Berfilsafat pemikiran serius menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran serius. Kemampuan berfikir serius diperlukan oleh orang biasa, penting bagi orang penting yang memegang posisi penting dalam membangun dunia. Plato menghendaki kepala negara seharusnya filsuf.
Mengetahui isi filsafat tidak perlu bagi setiap orang. Akan tetapi orang-orang akan berpartisipasi didalam membangun dunia perlu mengetahui ajaran-ajaran filsafat. Mengapa? Karena dunia dibentuk oleh dua kekuatan agama dan filsafat. Jika kita tahu filsafatnya, kita jadi tahu tentang manusianya filsafat itu sendiri adalah bagian penting atau inti kebudayaan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan secara konkrit peranan filsafat ialah :
a. Filsafat ilmu menolong, mendidik, membangun diri kita sendiri dengan berfikir lebih mendalam kita menyagari dan menyelami kerohanian kita. Rahasia hidup yang kita selidiki justru memaksa kita berfikir, untuk hidup dengan sesadar-sadarnya dan memberikan ini kepada hidup kita sendiri.
b. Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang yang hidup secara canggal saja tidak mudah persoalan-persoalan apalagi melihat pemecahannya. Dalam filsafat ilmu kita dilatih melihat dulu pasti yang menjadi persoalan dan ini merupakan syarat untuk memecahkannya.
c. Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas membanding akuisme dan aku-sentrisme (egosantisme).
d. Filsafat ilmu berperan melatih untuk berfikir sendiri, hingga kita tak hanya ikut-ikutan saja, membutuhkan pada pandangan umum, percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat lebar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang dikemukakan orang mempunyai pendapat sendiri, berdiri sendiri dengan cita-cita dan mencari kebenaran.
e. Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam etika) maupun untuk ilmu mendidik dan sebagainya.

3. Problem-Problem Filsafat Ilmu
Problem menurut definisi A Cornelius Bejamin ialah “sutu-situasi praktis atau teoritis yang untuk itu tidak ada jawaban lazim atau otomatis yang memadai dan yang oleh sebab itu memerlukan proses-proses refleksi”.
Banyak sekali pendapat para filsafat ilmu mengenai kelompok atau perincian problem apa saja yang diperbincangkan dalam filsafat ilmu. Untuk mendapat gambaran yang lebih jelas perlulah kiranya dikutipkan pendapat-pendapat sebagai berikut.
1. Dari Michel Berry
Filsafat penulis ini mengemukakan dua problem yaitu:
a. Bagaimana kuantitas dan rumusan dalam teori-teori ilmiah (misal: ciri genetic atau momentum dalam mekanika Newton) berkaitan dengan peristiwa-peristiwa dunia alamiah diluar pikiran kita?
b. Bagaimana dapat dikatakan bahwa teori atau dalil imliah adalah benar berdasarkan induksi dari sejumlah percobaan yang terbatas?
2. Dari B. Van Mrasen dan H. Margenau
Menurut kedua ahli problem-problem utama dalam filsafat ilmu adalah:
a. Metodologi
Yang membicarakan tentang sifat dasar dari penjelasan ilmiah (scientific explanation), logika penemuan (logic discovery), teori probabilita (probability theory), dan teori pengukuran (theory of measurement).
b. Landasan Ilmu-ilmu
Dengan melakukan suatu penelitian untuk mencapai suatu tujuan misalnya menggunakan landasan matematik.
c. Ontologi
Permasalahan utama yang diperbandingkan adalah konsep-konsep subtansi, proses, waktu, ruang kausalitas, hubungan budi dan materi, serta status dari entitas-entitas teoritis.
3. Dari Victor Lenzen
Filsuf ini mengajukan dua problem:
a. Struktu ilmu yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah
b. Pentingnya ilmu bagi praktek dan pengetahuan tentang realitas.
4. Dari JJC Smart
Filsuf ini mengemukakan dua persoalan yaitu:
a. Pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu misalnya pola-pola perbincangan ilmiah, langkah-langkah pengujian teori ilmiah, sifat dasar dari dalil dan cara-cara merumuskan konsep ilmiah.
b. Perbincangan filsafati yang mempergunakan ilmu, misalnya bahwa hasil-hasil penyelidikan ilmiah akan menolong para filsuf menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang manusia dan alam semesta.
5. Dari Philip Wiener
Menurut beliau para filsuf ilmu dewasa ini membahas problema-problema yang menyangkut:
a. Struktur logis atau ciri-ciri metodologis umum dari ilmu-ilmu
b. Saling hubungan diantara ilmu
c. Hubungan ilmu-ilmu yang sedang tumbuh dengan tahap-tahap lainnyadari peradaban, yaitu: kesusilaan, politik, seni dan agama.
Rincian aneka ragam dari jenis problem-problem dalam lingkungan filsafat ilmu dari para filsuf tampak masih agak simpang siur. Segenap problem ini perlu kiranya dipilah-pilahkan dan disusun menjadi suatu kebulatan yang lebih sistematis.
Problem-problem filsafat semuanya dapat digolongkan menjadi enam, yaitu: pengetahuan, keberadaban, metode, penyimpulan, moralitas dan keindahan. Berdasarkan enam sasaran itu, bidang filsafat dapat secara sistematis dibagi menjadi enam cabang kelompok, yaitu epistemology (teori pengetahuan), metafisika (teori mengenai apa yang ada), metodologi (studi tentang metode), logika (teori tentang penyimpulan), etika (ajaran moralitas), dan estetika (teori keindahan).

BAB III
PENUTUP

Akhirnya untuk memberikan gambaran singkat yang menyeluruh mengenai ruang lingkup, peran dan problem-problem filsafat ilmu, pemakalah dapat menyimpulkan bahwa:
1) Ruang lingkup filsafat ilmu adalah:
·        Sifat dasar dan lingkupan filsafat ilmu dan hubungannya cabang-cabang ilmu lain.
·        Perkembangan histories dari filsafat ilmu.
·        Unsur-unsur usaha ilmiah.
·        Gerakan-gerakan pemikiran ilmiah.
·        Kedudukan filsafati dari teori ilmiah.
·        Pentingnya pengetahuan ilmiah bagi bidang-bidang lain dari pengalaman-pengalaman soal manusia.
·        Hubungan antara ilmu dengan pengetahuan humaniora.
2) Peran filsafat ilmu
·        Menolong mendidik, membangun diri kita sendiri.
·        Memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan kehidupan sehari-hari.
·        Memberikan pandangan yang luas.
·        Melatih kita untuk berfikir mandiri hingga tidak bertaklid buta
·        Memberikan dasar-dasar,baik untuk hidup kita sendiri maupun untuk ilmu pengetahuan dan lainnya.
3) Problem-problem filsafat ilmu secara general sebagai berikut:
·        Epistemology tentang ilmu.
·        Metafisis tentang ilmu.
·        Metodology tentang ilmu.
·        Logis tentang ilmu.
·        Etis tentang ilmu.





Daftar Pustaka

Bejamin A. Coenelius, “Problem”, dalam Dictonary of Philosophi. Dagobert D: ed. 19975 Edition.
Fraanseen B. Van, H Margenau “Philoshopy of Science” dalam Raymond Klibansky, ed Contemporary Philoshopy A Survey.
Jujun S, Surisumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka sinar Harapan, Jakarta, 1996.
Liang, Gie The, Pengantar Filsafat Ilmu, Liberti, Jogjakarta 2000.
Mudzakir, Syadali, Filsafat Umum (Bandung CV Pustaka Setia, 1997), Cet I.
Muhadjir, Noeng, Filsafat Ilmu: Positivisme, Post Positivisme dan Post Modernimisme, Edisi II, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2001.
Smart JJ, Between Science and Philoshopy An Introduction to the Philoshopy of Science, 1968.
Wiener, Philip, Philoshopy of Science, Introduction dalam Daniel J Brontein, Basic of Philoshopy



[1] The liang gie,2004, Pengantar filsafat ilmu, Yogyakarta:liberty. Hal  75-76
[2] Mustasyir rizal, dkk, 2001, Filsafat Ilmu,yogya: pustaka pelajar.  hal 44-45
[3] Drs. H. buranuddin salam, 2008, pengantar Filsafat, Jakarta: bumi aksara hal 66
[4] Mustasyir rizal, dkk, 2001, Filsafat Ilmu,yogya: pustaka pelajar.  hal 47-48

[5]  The liang gie,2004, Pengantar filsafat ilmu, Yogyakarta:liberty. Hal 77-82 

[6] Drs. H. M. Djuberansyah indar M. Ed,1994,  Filsafat  pendidikan, Surabaya: suara aditama. Hal 60
[7]  Drs.Sudarsono SH. Msi 2001 , filsafat ilmu, Jakarta : Rineka Cipta,Hal 138
[8] Prof.  Achmad tafsir, 2008, filsafat umum, Bandung: PT. rosda remaja. Hal 15
[9] Drs.Sudarsono SH. Msi 2001 , filsafat ilmu, Jakarta : Rineka Cipta,Hal 114

[10] Prof.  Achmad tafsir, 2008, filsafat umum, Bandung: PT. rosda remaja. Hal  14

[11] Drs.Sudarsono SH. Msi 2001 , filsafat ilmu, Jakarta : Rineka Cipta,Hal 114-118


[12] Drs.Sudarsono SH. Msi 2001 , filsafat ilmu, Jakarta : Rineka Cipta,Hal 162-169
[13] Prof. Dr Louis Okattsof, 1992, Pengantar Filsafat, Yogya : tiara wacana yogyakarta, hal 349
[14] Prof. Dr Louis Okattsof, 1992, Pengantar Filsafat, Yogya : tiara wacana yogyakarta, hal 188
[15] Risieri Frondizr, 2001, Pengantar Filsafat Nilai, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal 107
[16] Risieri Frondizr, 2001, Pengantar Filsafat Nilai, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,hal 190
[17] Prof. Dr Louis Okattsof, 1992, Pengantar Filsafat, Yogya : tiara wacana yogyakarta, hal 3378-379
[18]Risieri Frondizr, 2001, Pengantar Filsafat Nilai, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,  hal 393

Tidak ada komentar:

Posting Komentar