BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara dosen dan mahasiswa untuk berbagi dan mengolah informasi dengan tujuan agar pengetahuan yang terbentuk ter-“internalisasi” dalam diri peserta pembelajaran dan menjadi landasan belajar secara mandiri dan berkelanjutan. Maka kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri.
Sebuah proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan 3 aspek, yaitu : aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif.
Aspek Psikomotorik dapat difasilitasi lewat adanya praktikum-praktikum dengan tujuan terbentuknya ketrampilan eksperimental. Aspek kognitif difasilitas lewat berbagai aktifitas penalaran dengan tujuan adalah terbentuknya penguasaan intelektual. Sedangkan aspek afektif dilakukan lewat aktifitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan emosional. Ketiga aspek tersebut bila dapat dijalankan dengan baik akan membentuk kemampuan berfikir kritis dan munculnya kreatifitas. Dua kemampuan inilah yang mendasari skill problem solving yang diharapkan wujud pada diri mahasiswa.
Mahasiswa yang dicetak untuk menjadi seorang guru, selain dituntut untuk memiliki ilmu yang cukup untuk mengajar dan juga komunikatif, juga ternyata harus memiliki rancangan-rancangan perencanaan pembelajaran agar materi yang disampaikan menjadi terarah dan mudah dimengerti oleh murid-muridnya. Perencanaan pembelajaran adalah suatu pemikiran atau persiapan untuk melaksanakan tugas mengajar/aktivitas pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran serta melalui langkah-langkah pembelajaran, perencanaan itu sendiri,pelaksanaan dan penilaian, dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
Dalam menyusun perencanaan pembelajaran, banyak model yang telah dikemukakan oleh para ahli, masing-masing model mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dan salah satunya adalah model perencanaan pembelajaran Kemp, yang akan menjadi pembahasan dalam penyusunan makalah ini.
Menurut Kemp, desain pembelajaran terdiri dari banyak bagian dan fungsi yang saling berhubungan dan mesti dikerjakan secara logis agar mencapai apa yang diinginkan. Rencana pembelajaran di desain untuk menjawab tiga pertanyaan, ini merupakan pertanyaan terhadap hal-hal yang diperlukan dalam mendesain pembelajaran yaitu:
1. Apa yang mesti diajarkan?
2. Apa prosedur dan sumber yang akan bisa untuk menjangkau mutu pembelajaran yang diinginkan?
3. Bagaimana caranya kita untuk mengetahui nilai yang diperoleh dari pembelajaran tersebut?
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana profil kemp ?
2. Bagaimana model perencanaan kemp?
3. Apa kelebihan dan kekurangan model perencanaan Kemp dibanding dengan model perencanaan yang lain ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil Jerrold E Kemp
Kemp Jerrold sudah pensiun dari posisi sebagai profesor pendidikan dan koordinator produksi media dan jasa pengembangan instruksional di San Jose State University, pekerjaan yang dipegangnya selama 30 tahun. Seorang mantan presiden Asosiasi untuk Pendidikan Komunikasi dan Teknologi, ia adalah penulis atau co-penulis lima buku dan telah berkonsultasi pada proyek-proyek pendidikan yang inovatif dan praktek di sejumlah sekolah, universitas, dan lembaga-lembaga di negara-negara asing dan UNESCO. Dr Kemp adalah TECHNOS Tahun 2000 Author Pers.
B. Model Perencanaan Pembelajaran Kemp
Menurut Kemp, pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinue. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus tersebut. Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun. Namun karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indonesia dan berorientasi pada tujuan, maka seyogyanya proses pengembangan itu dimulai dari tujuan. Menurut J.E. Kemp (1994 : 14) ada sepuluh unsur yang harus diperhatikan di dalam membuat suatu perencanaan pengajaran.Kesepuluh unsur tersebut digambarkan oleh Kemp dengan mengunakan bentuk bulat telur sehingga lebih fleksibel, karena antara satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Pada gambar diatas dapat disimpulkan bahwa adanya saling ketergantungan antara kesepuluh komponen. Keputusan terhadap satu bagian saja akan berpengaruh pada yang lain, jadi dalam merancang suatu desain pembelajaran dibutuhkan ketelitian serta kecermatan dalam membuat suatu keputusan yang akan berdampak bagi hasil yang akan dicapai. Kesepuluh komponen tersebut adalah:
1. Kebutuhan Belajar dan Tujuan Pengajaran
Kebutuhan akan proyek pengajaran yang baru atau untuk mendukung perlunya mengubah program yang berlangsung dipengaruhi oleh faktor Internal dan Faktor eksternal.
a) Faktor Internal meliputi :
Menganalisis hasil ujian siswa dan skala penilaian prestasi siswa.
Mewawancarai pengajar dan anggota staf lain mengenai pengamatan dan kesan mereka tentang kemampuan dan sikap mereka.
Mengadakan pembicaraan dengan lulusan dan karyawan mengenai kesan dan penilaian mereka tentang arti dan tingkat keberhasilan program dan juga tentang kebutuhan mereka yang mungkin dapat dipenuhi lewat pelatihan.
Memperoleh rekomendasi dari pihak pengelola atau staf lain untuk memulai upaya pelatihan.
b) Faktor Eksternal dengan menyimak program yang sedang berlangsung dilembaga lain dan menganalisis pengetahuan yang diperlukan, keterampilan dan sikap individu yang yang diproyeksikan pada waktu pembelajaran.
Tujuan adalah pernyataan umum tentang kegiatan belajara yang akan berlangsung. Tujuan itu mengarahkan pengajar dalam menentukan ukuran keberhasilan mata pelajaran, dan secara umum menyampaikan kepada pihak lain tentang tujuan utama program tersebut.
2. Pokok Bahasan, Tugas dan Tujuan Umum
Pokok bahasan adalah nama satuan atau komponen mata pelajaran yang membahas isi bidang pengetahuan yang akan dipelajari. Pokok bahasan berkaitan dengan pengetahuan tentang isi pengetahuan tentang isi pelajaran. Siswa atau peserta mempelajari fakta, konsep dan asas, kemudian harus menggunakan informasi tersebut dalam praktik dan dalam pemecahan masalah.
Tugas adalah nama yang berhubungan dengan keterampilan jasmani yang akan dilaksanakan. Dalam memahirkan siswa melakukan tugas, penekanan utamanya terletak pada penyelesaian sejumlah tindakan jasmani, yaitu menggunakan keterampilan dengan mahir. Ketika mengembangkan pokok bahasan dan tugas yang berkaitan dengan tujuan maka perlu mencantumkan apa yang seharusnya diketahui dan dilakukan siswa untuk mencapai tujuan itu dan sikap apakah yang harus dibantu dikembangkan ketika ia mencapai tujuan tersebut.
Tujuan umum terdiri atas sebuah kata kerja yang tidak pasti, dan isi pokok bahasan atau tugas yang bersifat luas.
Ketika tim pembelajaran untuk kali pertama menentukan tujuan umum, banyak dari mereka yang menggunakan istilah-istilah penting sebagai penunjang atau penggambaran topik agar dapat memahami dengan benar keluaran(output) dari rancangan pembelajaran.
Berikut beberapa pernyataan dari tujuan umum yang biasanya digunakan untuk menggambarkan topik:
• Untuk memperoleh kemampuan apa
• Untuk menilai
• Untuk menjadi tahu akan
• Untuk menjadi akrab dengan
• Untuk dikenalkan pada
• Untuk percaya dalam
• Untuk memahami
• Untuk memutuskan
• Untuk menikmati
• Untuk mengetahui arti dari
• Untuk memiliki perasaan pada
• Untuk mengenali
• Untuk belajar
• Untuk meniru
• Untuk menguasai
• Untuk merasakan
• Untuk mengerti
• Untuk menggunakan
Jadi perencanaan pembelajaran sering dimulai dengan pernyataan yang berorientasikan pada tujuan umum bagi topik yang telah ada sebelumnya.
3. Karakteristik Pelajar
Ketika mendesain sebuah rencana pembelajaran, kita mesti cepat memutuskan karakteristik dari siswa karena dengan mengetahui karakteristik tersebut sangat membantu dalam membuat perencanaan pembelajaran. Faktor-faktor yang mesti diperhatikan dalam membantu menentukan karakteristik siswa yaitu:
• Faktor akademi antara lain jumlah siswa, latar belakang akademi/ pendidikan, rata-rata nilai, tingkat kepintaran, tingkatan membaca, prestasi dan tes kemampuan, adat kebiasaan, kemampuan untuk bekerja sendiri, latar belakang pelajaran atau topik, motivasi untuk belajar, harapan-harapan belajar, dan aspirasi kebudayaan.
• Faktor sosial, antara lain umur, tingkat kematangan, bakat spesial, emosi dan kejiwaan, hubungan antar pelajar.
Informasi-informasi dari kandungan faktor-faktor di atas dapat diperoleh dari kumpulan catatan siswa dan dari konsultasi dengan guru-guru, bimbingan konseling, dan lain-lain. Hasil dari daftar informasi tersebut, sebaiknya ditambah dengan survei perilaku dan tes awal.
Faktor lain seperti kondisi dan gaya belajar juga mesti dicatat dan diperhatikan pada saat perencanaan agar ciri-ciri pelajar yang diidentifikasi dapat lebih sempurna.
4. Isi Mata Ajar dan Analisis Tugas
Isi mata ajar memberikan informasi yang diperlukan dalam pokok bahasan. Pada gilirannya, informasi menumbuhkan pengetahuan yang merupakan tata hubungan antara rincian fakta. Hasil akhirnya adakah pemikiran intelektual dan pemahaman.
Analisis tugas adalah catatan yang rinci mengenai komponen ‘mengetahui’ dan ‘melakukan’ dari keterampilan tersebut. Adapun sumber informasi yang bisa digali untuk menganalisis tugas adalah :
Pakar, sumber informasi terbaik. Tidak saja mengenal rincian kerja dan tugas, tetapi juga berpengalaman praktis dalam keterampilan tersebut.
Buku acuan, buku petunjuk, dan pustaka lain dari perpustakaan atau dari pembuat (pabrik).
Film atau video dan bahan pandang-dengar lain tentang perdagangan dan kerja yang menggambarkan tugas yang akan dilaksanakan.
Kunjungan ke tempat praktek kerja (yang menerapkan cara yang mutakhir); wawamcara dan pengamatan mengenai tugas yang tengah dilakukan.
5. Sasaran Pengajaran
Sasaran kegiatan belajar dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori utama; kognitif, psikomotor dan afektif.
Kognitif, merupakan kategori yang memberikan perhatian yang lebih dalam program pendidikan. S.Bloom.dkk, sebuah taksonomi bagi kognitif. Dalam hal ini, dia (kognitif) dimulai dari pengetahuan sederhana sampai tingkat tertinggi yaitu:
a. Mengetahui, merupakan kemampuan untuk mengingat, mengulang kembali apa yang didapat dan lain sebagainya;
b. Memahami, merupakan kemampuan untuk menafsirkan informasi yang diperoleh;
c. Penerapan atau aplikasi, merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi, teori-teori, prinsip-prinsip/ hukum-hukum dari situasi baru;
d. Analisis, merupakan kemampuan untuk membagi pengetahuan yang rumit menjadi bagian-bagian yang terurai dan mengetahui hubungan tiap bagian;
e. Sintesis, merupakan kemampuan untuk menyatukan bagian-bagian yang terpisah menjadi bentuk baru;
f. Evaluasi, merupakan kemampuan untuk menilai berdasarkan pada pengetahuan / pemberian kriteria.
Kriteria yang kedua adalah psikomotor.Ini adalah kemampuan dalam menggunakan dan mengkoordinasi otot rangka dalam aktivitas fisik dan melakukan sesuatu. Psikomotor ini meliputi:
a. Pergerakan tubuh yang kasar;
b. Pergerakan halus dikoordinasi;
c. Komunikasi non-lisan;
d. Tingkah laku berbicara.
Kategori yang ketiga adalah afektif. Ini meliputi sikap, penilaian atau penghargaan, nilai-nilai dan emosi seseorang, David R.Krathwohl.dkk membagi afektif dalam lima tingkatan:
a. penerimaan, keinginan untuk memberikan perhatian pada sebuah aktivitas;
b. menanggapi, keinginan untuk mereaksi sesuatu;
c. Penilaian, keinginan untuk menerima sesuatu melalui sikap yang positif;
d. Pengorganisasian, ketika menemukan situasi yang memiliki lebih dari satu penerapan, keinginan untuk mengorganisasi nilai dapat digunakan;
e. Penggambaran sebuah nilai yang kompleks.
Dari ketiga ranah terebut diatas. Ketiganya memiliki hubungan yang erat dalam dua hal. Pertama, satu sasaran tunggal dapat mencakup kegiatan belajar dalam dua atau bahkan tiga ranah tersebut. Kedua, perkembangan sikap bahkan dapat mendahului kegiatan belajar dalam ranah lainnya.mendorong siswa agar mau mempelajari bahan pelajaran sebelum berlkangsungnya pengajaran sering membuahkan hasil.
6. Kegiatan Belajar – Mengajar.
Ada banyak jalur untuk belajar, namun dari sekian jalur itu kita tidak dapat menggunakan dengan serampangan ketika merencanakan program pengajaran. Misal untuk pola penyajian, belajar mandiri dan interaksi antara guru dan murid. Ada beberapa alasan yang melarangnya :
1) Banyak siswa dapat belajar mandiri, sementara siswa lainnya lebih senang belajar dalam situasi pengajaran yang beraturan dan terpimpin.
2) Adanya Kondisi dan asas belajar, menyebabkan kita tanggap akan perlunya memilih metode yang memberi peluang untuk peran serta yang aktif dari pihak siswa dalam segala kegiatan belajar.
3) Bila kita siap untuk menggunakan teknologi pengajaran yang baru, penekanan biasanya diberikan pada penyajian kelompok, atau pada kegiatan belajar mandiri. Pada kedua jenis penyajian ini, tidak ada kesempatan berinteraksi antara guru-siswa secara tatap muka.
4) Ada persoalan koefisienan dalam penggunaan waktu guru dan waktu siswa, sarana dan peralatan.
Adapun kondisi dan asa belajar yang lebih penting dan lebih bermanfaat adalah ;
1) Persiapan sebelum belajar.
Siswa harus lulus dengan memuaskan dalam pelajaran prasyarat. Atau dari uji awal, kita akan mengetahui tindakan penyesuaian yang harus dilakukan untuk menanggulangi kekurangan yang terlihat dalam persiapan.
2) Sasaran Belajar.
Proses belajar akan berhasil dengan baik apabila sasarab dinyatakan dengan jelas dan, pada awal pokok bahasan atau satuan pelajaran, siswa diberi tahu tentang sasaran khusus yang akan dicapai.
3) Susunan bahan ajar.
Proses belajar dapat ditingkatkan apabila bahan ajar atau tata cara yang akan dipelajari tersusun dalam urutan yang bermakna.
4) Perbedaan Individu.
Perhatian yang diberikan kepada ciri siswa (poin ke-5) mengakui pentingnya perbedaan individu dan menyarankan berbagai cara untuk mengenalinya, termasuk gaya belajar yang lebih disukai. Namun, tidaklah selalu mudah menemukan cara yang dapat memenuhi kebutuhan khas seseorang.
5) Motivasi.
Empat kondisi yang akan memacu motivasi belajar yakni (a) pengajaran dipersiapkan dengan baik sehingga dirasakan penting dan menarik oleh siswa, (b) tersedia berbagai pengalaman belajar (c)siswa mengetahui bahwa bahan yang akan dipelajari akan digunakan sesegera mungkin, dan (d) pengakuan tentang keberhasilan belajar diberikan untuk mendorong upaya belajar selanjutnya.
6) Sumber pengajaran.
7) Keikutsertaan.
Keikutsertaan mengharuskan siswa untuk menjawab peertanyaan baik lisan maupun tertulis, memecahkan masalah, atau mengikuti kegiatan pengajaran lainnya.
8) Balikan.
Jawaban yang benar untuk soal atau pertanyaan diberitahukan siswa, sehingga siswa dapat memeriksa jawabannya sendiri. Juga berupa kritik, saran dan komentar baik secara formal maupun informal.
9) Penguatan.
Kegiatan belajar yang di dorong oleh keberhasilan menimbulkan kepuasan dan rasa percaya diri. Tanggapan yang mendapat penegasan positif cenderung akan timbul berulang-ulang, apabila siswa menghadapi situsi tyang mirip atau sama. Karena itu, upaya siswa diperkuat untuk meneruskan kegiatan belajar.
10) Latihan dan pengulangan.
11) Urutan kegiatan belajar.
Cara yang memuaskan untuk memadukan peragaan dengan pelatihan adalah (a) memperagakan seluruh tata cara (b) memperagakan kembali bagian pertama (c)memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih bagian pertama tata cara tersebut (d) memperagakan bagian kedua (e) memperagakan bagian ketiga (f)memberi kesempatan untuk melatih bagian pertama,kedua dan ketiga, dst.
12) Penerapan, dan
13) Sikap pengajar.
Bentuk Pembelajaran
Dalam perkembangan selanjutnya ada tiga alternatif pembelajaran yang memiliki kelebihan jika dibanding dengan alternatif lainnya. Tiga alternatif itu adalah presentasi group presentation, individualized learning, dan interaction between teacher and student.
Ada beberapa alasan yang mendasari ketiga alternatif pembelajaran di atas. Bentuk pembelajaran di atas dilinai lebih efisien dan efektif karena dengan melakukan presentasi proses penyampaian informasi lebih bersifat massif. Selain itu setiap siswa memiliki kondisi poercepatan pemahan yang berbeda dalam memahami suatu materi.
a. Group Presentation
Pada kegiatan ini guru atau siswa melakukan sebuah presentasi untuk menyampaikan sebuah materi. Kegiatan seperti ini harus ditunjang oleh tempat yang memadai seperti di dalam kelas atau aula. Dalam pelaksanaannya penyaji dapat menggunakan alat bantu untuk menyampaikan presentasinya alat iotu dapat berupa media audio, visual, atau audio visual. Ada tiga karakter manusia yang akan ditunjukkan oleh siswa dalam kegiatan ini. Karakter pertama adalah siswa yang aktif berinteraksi. Siswa akan aktif dalam kegiatan diskusi, ia akan berpendapat, bahkan tetap berkonsultasi dengan penyaji setelah kegiatannya selesai. Tipe kedua adalah siswa yang hanya bekerja di tempat duduknya. Dan karakter ketiga adalah siswa yang bersifat kritis pada setiap materi yang disampaikan oleh penyaji dan biasanya keikutsertaannya lebih cenderung ke arah banyak bertanya.
b. Individualized Learning
Yang melatar belakangi konsep ini adalah bahwa setiap orang memiliki tingkat kecerdasan dan percepatan pemahaman yang berbeda. Selain itu setiap siswa juga memiliki pola pikir dan cara belajar yang berbeda. Untuk itu, guru harus dapat mendesain jenis pembelajaran yang sesuai dengan keadaan dan karakteristik yang dimiliki oleh siswa. Istilah lain untuk bentuk pembelajaran seperti ini adalah self instruction, independent study, individualized prescribed instruction, dan self directed atau self-paced learning.
c. s
Format pembelajaran seperti ini adalah pembentukan kelompok – kelompok kecil. Dalam kelompok itu guru dan siswa melakukan diskusi dan saling bertukar pikiran sehingga dapat terjadi proses mengambiol pelajaran dari peserta lainnya dengan metode ini juga setiap peserta akan dapat saling memahami karakter satu sama lain. Agar memperoleh hasil yang maksimal, maka anggota kelompok ini harus dibatasi. Kelompok ini terdiri dari tujuh sampai 12 orang. Ada beberapa kelebihan yang dapat diambil dari model ini. Dengan model ini para peserta akan terlatih dalam kemampuan mendengar dan berbicara. Hal ini terlatih ketika mereka tengah menyampaikan pendapat. Selain itu, bentuk ini juga melatih kepemimpinan.
7. Sumber Pengajaran
Hal penting yang tidak boleh kita lupakan adalah media sumber belajar. Hendaknya kita memilih media yang cocok dengan kondisi dan materi yang akan diberikan. Media yang baik dapat memotifasi siswa dan dapat menjelaskan materi secara efektif serta mengilustrasikan isi materi. Media yang digunakan dapat bermacam – macam. Media yang digunakan dapat berupa media cetak, media audio, media visual, dan media audio visual yang terpenting media itu dapat menunjang kegiatan personal maupun kelompok.
8. Sarana Penunjang
Selanjutnya kita memerlukan beberapa hal yang dapat menunjang program pembelajaran. Hal itu diantaranya adalah biaya, fasilitas, peralatan, waktu dan jadwal, serta kordinasi dengan aktifitas lainnya.
a. Biaya
Dana merupakan hal yang amat krusial dalam pengembangan pendidikan. Semua program baru yang akan dipakai tentunya memerlukan dana untuk memulainya. Sekolah yang ingin mengembangkan program pendidikannya misalnya saja dengan membuat inovasi baru, penelitian, dan pengembangan memerlukan biaya untuk menjalankannya. Pemanfaatan biaya dilakukan ketika masa pengembangan dan selama pemakaian peralatan.
b. Fasilitas
Proses pembelajaran tentunya membutuhkan fasilitas yang memadai untuk keberlangsungannya. Berikut adalah kegiatan beserta fasilitas yang dibutuhkannya.
1. Dalam kegiatan presentasi, kita membutuhkan proyektor audio visual, sound sistem, dan perlengkapan lainnya.
2. Tempat pembelajaran mandiri. Merupakan sebuah tempat yang diperuntukkan untuk para siswa dalam melakukan proses pembelkajaran mandiri.
3. Ruangan untuk kegiatan belajar kelompok. Ruangan ini didesain dengan furniture yang tidak formal. Kemudian dilengkapi dengan proyektor audio visual, dan papan display misalnya papan tulis.
4. Ruang peralatan. Ruang ini digunakan untuk menyimpan barang – barang yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Dari ruang ini pula dikordinirnya setiap peralatan yang digunakan untuk membantu proses pembelajara.
5. Ruang rapat untuk staff.
c. Peralatan
Dalam menjalankan program yang telah dijalankan tentunya kita memerlukan beberapa peralatan untuk menunjang kegiatan tersebut. Dalam mendesain sebuah program kita harus memastikan bahwa kita memiliki atau setidaknya dapat mengusahakan peralatan yang akan kita pakai. Karena ketidak tersediaan alat bisa sangat mempengaruhi program yang akan dijalankan.
Selain itu kita harus mencari informasi sebanyak – banyaknya tentang alat yang akan kita gunakan dari orang yang kompeten di bidang itu. Kita harus mencari tahu informasi tentang peralatan yang akan kita gunakan dengan demikian kita dapat memilih barang yang tepat. Peralatan yang kita pilih sebaiknya peralatan yang mudah dipergunakan dan memiliki resiko yang kecil.
Hal penting lainnya adalah kita tetap membutuhkan orang – orang yang kompeten dengan peralatan itu. Selain itu kita jangan terjebak dengan barang – barang yang canggih, namun sebenarnya kita tidak memerlukan kecanggihannya agar kita tidak terjebak pada mubazir.
d. Waktu dan Jadwal
Dalam menentukan program hendaknya kita memperhatikan jadwal dan wakti yang tepat. Jangan sampai waktu yang kita tentukan bentrok dengan kegiatan lainnya. Selain itu kita juga harus memperhatikan jangan sampai waktu yang kita pilih ternyata bentrok dengan pprogram lain yang ternyata belum selesai.
e. Kordinasi dengan Aktivitas Lainnya
Kita pun harus mengkordinasikan program yang kita buat dengan pihak – pihak lainnya. Misalnya saja untuk masalah perizinan. Terutama sekali jika siswa yang menjadi bagian dari program kita adalah siswa yang masih membutuhkan bimbingan orang tuanya. Kita harus mengkomunikasikan kegiatan ioni dengan orang tua. Bahkan jika perlu kita undang orang tuanya untuk hadir dan mengawasi program yang telah kita rencanakan.
9. Menilai hasil belajar
Dalam menilai hasil belajar ada berbagai macam,yaitu :
1) Ujian tertulis.
2) Ujian objektif, terdiri atas : soal pilihan ganda, soal benar-salah, dan menjodohkan.
3) Ujian berjawaban tertulis, terdiri atas : soal berjawaban pendek, dan soal esai.
4) Menilai kinerja.
10. Uji awal
Penilaian awal memiliki peranan yang cukup penting dalam model desain ini. Dengan melakukan hal ini kita dapat mengetahui tingkat pengetahuan yajg dimiliki oleh murid. Mengetahui kondiosi pengetahuan murid sangat membantu kita dalam mendesain pembelajaran.
Penilaian awal juga dapat membantu untuk mengevisiensikan pembelajaran. Dengan melakukan tahapan ini kita dapat mengetahui tingkatan pengetahuan murid. Dengan demikian seorang murid tiodak perlu membuang – buang waktu untuk mempelajari kembali materi yang telah mereka kuasai. Ada dua hal yang dapat kita lakukan dalam Pre-Assessment yaitu:
a. Identifikasi Pengalaman Siswa
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah siswa memiliki pengalaman / ilmu yang terkait dengan materi yang akan diberikan. Tes ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti menyebar angket, melihat hasil pekerjaan siswa, mengobservasinya ketika tengah bekerja, atau dengan wawancara. Dengan melakukan proses ini kita dapat memilah dan memilih materi apa saja yang tidak perlu disampaikan, disampaikan sebagian saja, atau bahkan disampaikan mulai dari tingkatan dasar.
b. Pretest
Tahapan lainnya dalah pretest. Pretest dilakukan untuk pemahaman siswa terhadap materi yang akan diberikan. Untuk beberapa kasus ada yang mendampingkan pretest dengan posttest dengan demikian kita dapat meihat hasil pembelajaran dengan membandingkan hasil pretest dan posttest. Keuntungan lainnya adalah hasil posttest dapat digunakan sebagai prerequisite test untuk materi lain yang memiliki keterklaitan dengan materi ini.
Dalam pelaksanaannya, pretest tidak selalu harus dilakukan dengan konsep formal. Misalnya saja kita dapat bertanya langsung pada siswa di dalam kelas. Kita dapat bertanya berapa banyak di antara mereka yang telah mengerti dengan materi yang akan diberikan. Jumlah siswa yanhg mengangkat tangan dapat menjadi data yang sangat berguna bagi kita.
Di lapangan, pretest tidak terlalu berpengaruh pada pembelajaran tradisional yang masih bersifat masif karena pembelajaran seperti itu lebih terkesan menyamaratakan kondisi siswa. Tapi manfaat dari pretest dapat kita ambil ketika kita melakukan pembelajaran yang bersifat personal.
Manfaat lainnya adalah untuk mengenalkan siswa pada materi yang akan dia pelajari. Namun, ada yang harus kita perhatikan ketika kita melakukan pretest, faktanya tidak semua siswa siap dalam menmghadapi tes seperti itu. Sebelumnya kita harus memberitahukan bahwa hasil dari tes ini tidak ada sngkut pautnya dengan nilai yang akan ,mereka peroleh.
C. Kelebihan Dan Kekurangan Model Perencanaan Kemp Dibanding Dengan Model Perencanaan Yang Lain
Dari model-model perencanaan pembelajaran yang ada, menunjukkan bahwa kesemuanya memiliki beberapa perbedaan, namun juga memiliki persamaan. Justru dengan adanya perbedaan itu menyebabkan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Persamaan dari model-model tersebut antara lain bahwa pada dasarnya kesemuanya terdiri atas empat tahap pengembangan, yaitu: (a) pendefinisian, (b) perancangan, (c) pengembangan dan (d) penyebaran.
Berikut kelebihan dan kelemahan dari model perencanaan pembelajaran Jerrold Kemp adalah:
Kelebihan dari model Kemp antara lain: (a) Diagram pengembangannya berbentuk bulat telur yang tidak memiliki titik awal tertentu, sehingga dapat memulai perancangan secara bebas, (b) Bentuk bulat telur itu juga menunjukkan adanya saling ketergantungan di antara unsur-unsur yang terlibat, (c) Dalam setiap unsur ada kemungkinan untuk dilakukan revisi, sehingga memungkinkan terjadinya sejumlah perubahan dari segi isi maupun perlakuan terhadap semua unsur tersebut selama pelaksanaan program.
Kelemahan dari model Kemp adalah uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif. Sedangkan pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi).
Perbedaan model perencanaan kemp dibanding dengan model perencanaan yang lain:
Kekurangan model Kemp bila dibandingkan dengan model 4-D antara lain: (1) Kedua model itu merupakan pengembangan sistem pembelajaran, (2) kedua model itu kurang lengkap dan kurang sistematis, terutama model Kemp dan (3) kedua model itu tidak melibatkan penilaian ahli, sehingga ada kemungkinan perangkat pembelajaran yang dilaksanakan terdapat kesalahan. Namun demikian pada model 4-D ini juga terdapat kekurangan, salah satunya adalah tidak ada kejelasan mana yang harus didahulukan antara analisis konsep dan analisis tugas.
Jika dibandingkan dengan model pokok dari Glaser, model Kemp ini merupakan model yang lebih luas. Perluasan terutama pada ”prosedur instruktural”. Menurut model ini guru harus mengambil keputusan dalam hal berikut:
• Tujuan umum yang akan dicapai dari topik yang dipilih.
• Tujuan khusus apa yang ingin dicapai
Perbedaan antara model Kemp dengan model V. Gelder adalah :
• Pada model ini ”Karakteristik Siswa” disebut ”Analisis Situasi” sehubungan dengan komponen ini guru tidak hanya mengaambil keputusan tentang siswa yang akan diajar, tetapi juga tentang kondisi yang ada di sekolah yang dapat menunjang terjadinya proses belajar dan tentang guru.
• Komponen kegiatan guru dan siswa dipisahkan secara nyata. Selain daripada itu komponen kegiatan guru,kegiatan siswa, materi pelajaran, alat/bahan harus dibuat dalm matrik sehunnga mudah dibaca secara horizontal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar