Selamat datang di duniaku

Sabtu, 01 Juni 2013

perkembangan islam di singapura



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang  
Singapura adalah Negara kecil yang berbentuk kepulauan tepatnya di seberang pulau batam (Indonesia). Singapura terkenal dengan Negara pelabuhan karena sebagian besar penduduknya mengandalkan ekonomi dalam bidang pelabuhan di seluruh dunia.
Dalam makalah ini, saya akan membahas tentang islam di singapura. Islam merupakan agama minority di singapura, kira-kira 16% sahaja penduduknya mengamalkan agama islam terutama dari golongan orang melayu. Proses Islamisasi yang terjadi di Singapura tidak bisa dilepaskan dari keberadaan etnis Melayu yang mendiami pulau itu. Seperti disebutkan di atas, identifikasi Islam tidak bisa dilepaskan dari etnis Melayu. Namun persoalan yang sejak permulaan dirasakan dalam perkembangan komunitas Muslim Singapura adalah kurangnya pemimpin tradisional pribumi.

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana sejarah masuknya islam ke Singapura?
2.      Bagaimana perkembangan islam di Singapura?
3.      Bagaimana peranan MUIS dalam perkembangan islam di Singapura?

C.    Tujuan
Makalah ini di buat bertujuan untuk
1.      Mengetahui tentang sejarah masuknya islam ke singapura
2.      Mengetahui perkembangan islam di singapura
3.      Mengerti peranan MUIS dalam perkembangan islam di singapura



D.    Batasan Masalah
Batasan-batasan masalah hanya membahas tentang
1.      Sejarah masuknya islam di singapura
2.      Perkembangan islam di singapura
3.      Peranan MUIS dalam perkembangan islam di singapura





BAB II
PEMBAHASAN

Islam di singapura merupkan agama yang minoritas. Berdasarkan data pada 2008, sekitar 15 persen penduduk singapura yang jumlahnya 4.839.000 adalah muslim. Mayoritas kelompok etnik melayu di singapura memeluk islam. Selain itu, pemeluk islam meliputi kelompok etnik india dan Pakistan, juga sejumlah kelompok kecil etnik sekitar 17% muslimin singapura berasal dari kelompok etnik india. Kaum muslim di singapura secara tradisi merupakan merupakan muslim sunni yang mengikuti mazhab syafi’i. Sebagian muslim singapura mengikuti mazhab Hanafi. Ada juga kelompok muslim syiah disingapura.
A.    Sejarah Masuknya Islam ke Singapura
Islam masuk ke Singapura tidak dapat dipisahkan dari proses masuknya Islam ke Asia Tenggara secara umum, karena secara geografis Singapura hanyalah salah satu pulau kecil yang terdapat di tanah Semenanjung Melayu.
Pada fase awal, Islam yang disuguhkan kepada masyarakat Asia Tenggara lebih kental dengan nuansa tasawuf. Karena itu, penyebaran Islam di Singapura juga tidak terlepas dari corak tasawuf ini. Buktinya pengajaran tasawuf ternyata sangat diminati oleh ulama-ulama tempatan dan raja-raja Melayu. Kumpulan tarekat sufi terbesar di Singapura yamg masih ada sampai sekarang ialah Tariqah ‘Alawiyyah yang terdapat di Masjid Ba’lawi. Tarekat ini dipimpin oleh Syed Hasan bin Muhannad bin Salim al-Attas.[1]
Selain tarekat itu juga dijumpai tarekat  Al-Qadiriyyah Wa al Naqshabandiyyah yang berpusat di Geylang Road yang dikelola oleh organisasi PERPTAPIS (Persatuan Taman Pengajian Islam). Tarekat ini berasal dari Suryalaya, Tasik Malaya, Jawa Barat. Gurunya bernama K.H Ahmad Tajul ‘Ariffin dan Haji Ali bin Haji Muhammad. Tarekat lainnya yang diamalkan di Republik Singapura ialah Al-Shaziliyyah, Al-Idrisiyyah, Al-Darqawiyyah dan Al-Rifa’iyyah.[2]
Para ulama asal Yaman (Hadramaut) yang bernama Syed Abu Bakar Taha Alsaggof dalam mengembangkan Islam di Singapura sangat besar. Dialah dai dan penyebar Islam pertama era modern di negeri pulau itu dan membuka lembaga pendidikan Islam, yakni Madrasah Al-Juneid yamg masih eksis sampai saat ini.[3]

B.     Perkembangan Islam di Singapura
Wajah Islam di Singapura tidak jauh beda dari wajah muslim di negeri jirannya, Malaysia. Banyak kesamaan, baik dalam praktek ibadah maupun dalam kultur kehidupan sehari-hari. Barangkali hal ini dipengaruhi oleh sisa warisan Malaysia, ketika Negara kecil itu resmi pisah dari induknya, Malaysia, pada tahun 1965.[4]
Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat Singapura selalu berupaya untuk memajukan diri mereka seiring dengan kemajuan negaranya. Pemodernan pemikiran umat Islam Singapura berpengaruh pula terhadap berkurangnya mitos dan kepercayaan kepada Khufarat, sehingga semakin mulai menuju kepada cara beragama yang lebih rasional. Berdasarkan keterangan sebelumnya, Singapura modern sering dihubungkan dengan masukknya Sir Stamford Raffles ke pulau itu pada tahun 1819. Waktu itu Singapura hanya didiami oleh lebih kurang 120 orang Melayu (termasuk dari keturunan Bugis, Jawa, dan lainnya) dan 30 orang Cina.
Tahun 1901, jumlah orang Melayu itu berkembang menjadi 23.060 orang, yang terdiri dari 12.335 orang penduduk asli kepulauan Melayu, hampir 1000 orang keturunan arab, dan 600 orang keturunan Jawa. Jumlah penduduk Singapura secara keseluruhan pada waktu itu sekitar 228.555 orang, dengan 72% etnis Cina.[5]
Orang Melayu  awalnya tinggal dikawasan Kampung Gelam yaitu suatu kawasan di pesisir sungai. Di sekitar Kampung Gelam tersebut mereka hidup secara bersamaan dengan orang-orang keturunan Bugis, Boyan, Jawa dan Arab.
Dengan demikian, secara umum muslim Singapura terbagi kepada dua kelompok besar, yaitu etnis Melayu sekitar 90%. Sisanya adalah etnis non-Melayu (India, Timur Tengah, Indonesia, dan lain-lain) sekitar 10%.
Sementara itu, pada tahun 1947 bilangan penduduk-nya bertambah menjadi 940.824(115.735 Melayu dan 730.133 Cina). Pada tahun 1957 menunjukan bahwa penduduk Singapura telah meningkat kepada 1.445.929 orang (1.090.596 Cina, 197.059 Melayu/Indonesia, 124.084 India/Pakistan dan 34.190 lainnya). Di akhir tahun 1976, jumlah penduduk Singapura adalah 2.294.900 orang (17%  orang Islam dan 15%  dari itu adalah orang Melayu).[6]
Menurut istilah Sharon Siddique, muslim Singapura dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu migrant yang berasal dari dalam dan luar wilayah. Migrant dari dalam wilayah berasal dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, Riau dan Bawean. Kelompok ini selalu diidentikkan ke dalam etnis Melayu. Adapun kelompok migrant dari luar wilayah dibagi menjadi dua kelompok penting, yaitu muslim India yang berasal dari subkontinen India (Pantai Timur dan Pantai Selatan India) dan keturunan Arab, khususnya Hadramaut. Dengan demikian, Sharon berpandangan bahwa muslim Singapura adalah para migran.[7]
Migran yang berasal dari luar wilayah secara umum berasal dari golongan muslim yang kaya dan terdidik. Kelompok ini pula akhirnya membentuk kelompok elit social dan ekonomi Singapura. Mereka mempelopori perkembangan Singapura sebagai pusat pendidikan dan penerbitan muslim. Disamping itu, mereka juga sebagai penyumbang dana terbesar untuk pembangunan mesjid, lembaga pendidikan dan organisasi social Islam lainnya. Di antara mereka itu dikenal dengaan keluarga al-Segat, al-Kaff, dan al-Juneid.
Secara akademis belum ada pendapat yang pasti tentang asal usul migrant dalam wilayah. Dari beberapa kajian ada yang berpendapat mereka itu berasal dari Riau, Pahang, Terengganu, Kelantan.
Sebelum menjelaskan lebih jauh tentang perkembangan dan kondisi objektif Melayu-Islam Singapura, di sini perlu sedikit diuraikan tentang posisi masjid di Singapura. Masjid sebagai tempat ibadah bagi umat Islam mendapat model dan perhatian khusus bagi Melayu-muslim, sehingga wajar saja kalau masjid menjadi tempat terselenggaranya berbagai kegiatan.
Semua masjid ini umumnya memilki suatu lembaga yang di manage secara professional dan memiliki administrasi yang serba mapan. Kebersihan masjid selalu terpelihara secara baik. Sejauh pengamatan penulis tak satupun yang tidak terawat sebagaimana kondisi masjid-masjid yang ada di-Indonesia
.
C.    Peranan MUIS dalam Perkembangan Islam di Singapura
Dimensi perkembangan Islam itu yang cukup menggembirakan, terutama dalam hal manajemen profesionalisme dalam hal pengelolaan zakat, infaq, sedekah, dan wakaf (ZIS wakaf). Di Singapura, sebagaimana dijelaskan oleh kepala Divisi Pembangunan Agama dan Penelitian, Majlis Ulama Islam Singapura (MUIS), Zalman Putra Ahmad Ali, pengelolaan ZIS wakaf, diperuntukkan bagi pemerataan dan kesejahteraan umat Islam. "Pemberdayaan amanat agama ini tidak akan mencapai target maksimal jika tidak dikelola secara profesional," jelas Zalman kepada Republika. [8]
MUIS sendiri sebagai lembaga tertinggi pemerintah untuk Hal Ehwal Islam (setingkat kementerian agama di Indonesia), memang bertanggung jawab dan ikut mengelola langsung pengelolaan ZIS wakaf, sehingga dapat mengetahui secara pasti pelaksanaannya. Sistem manajemen profesioanl yang diterapkan oleh MUIS ini telah diterapkan lebih dari 10 tahun terakhir. Dalam pembayaran ZIS misalnya, tidak lagi secara manual, dengan cara pergi ke tempat penyaluran atau lembaga yang dipercaya, tapi sejak dua tahun terakhir pembayarannya dapat dilakukan melalui sistem on-line, seperti manajemen bank.
Dengan cara demikian akan diketahui seluruh dana yang terhimpun saat itu juga. Sementara untuk wakaf, telah lima tahun lebih dikelola dengan sistem wakaf produktif. Harta benda dari wakaf dikelola dengan azas manfaat, bukan lagi untuk pembangunan masjid atau kuburan, sebagaimana di Indonesia. Misalnya, dana wakaf dipakai untuk pembangunan real estate atau supermarket atau usaha lainnya yang menguntungkan. Keuntungannya kemudian dipakai lagi untuk pengembangan Islam. Di sini, jangan dikira ada kesempatan penyelewengan. Sebab, jika terbukti melakukan korupsi, misalnya terhadap dana ZIS atau wakaf, maka hukuman yang sangat beratlah imbalannya. Memang di Singapura penegakan hukum cukup bagus, dan tingkat KKN-nya sangat minim. Berkaitan dengan ZIS ini, menurut Zalman, rata-rata dana ZIS setiap tahunnya terkumpul berkisar 18-20 juta dolar Singapura (sekitar 10 dolar AS). Khusus pegawai di MUIS, digaji dari dana zakat tersebut.  
Sementara itu, dana bagi pengembangan masjid dan madrasah, ada kasnya sendiri. Tidak lagi diambilkan dari dana ZIS wakaf tersebut. Untuk madrasah ada kotak bernama "Dana Madrasah". Sedangkan dana masjid diperoleh dari sumbangan kaum muslim, khususnya kotak Jumat. Meski juga terkadang masih dapat bantuan dari dana ZIS wakaf.  



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari pembahasan tentang islam di singapura, yang meliputi  sejarah masuknya islam di singapura, perkembangan islam di singapura,  serta peranan MUIS dalam perkembangan Islam di Singapura, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut:
Pada tahap awal proses Islamisasi, Islam diidentikan dengan agamanya orang Melayu. Para ulama asal Yaman (Hadramaut) yang bernama Syed Abu Bakar Taha Alsaggof dalam mengembangkan Islam di Singapura sangat besar. Dialah dai dan penyebar Islam pertama era modern di negeri pulau itu dan membuka lembaga pendidikan Islam, yakni Madrasah Al-Juneid yamg masih eksis sampai saat ini.
MUIS sebagai lembaga tertinggi pemerintah untuk Hal Ehwal Islam (setingkat kementerian agama di Indonesia), memang bertanggung jawab dan ikut mengelola langsung pengelolaan ZIS wakaf, sehingga dapat mengetahui secara pasti pelaksanaannya.




DAFTAR PUSTAKA

Dr. Munzir Hitami, 2006, “ Sejarah Islam Asia Tenggara”, Alaf Riau, Pekanbaru.
Zuhairini, dkk. 1994, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta :Bumi Aksara.







[1] Dr. Munzir Hitami, Sejarah Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru: Alaf Riau, 2006), hlm. 32.
[2] Ibid, hlm. 32.
[3] Ibid, hlm. 33.
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura, 25/05/2010,12:34WIB.
[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura, 25/05/2010,12:34WIB.
[6] www.id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Islam_di_Singapura, 23/05/2010, 12:52WIB.
[7] www.id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Islam_di_Singapura, 23/05/2010, 12:52WIB

1 komentar:

  1. Iron titanium | TheTithron Technologies, Inc.
    Iron titanium is a material used to make titanium paint color ceramic plates that can titanium white fennec be used for a ceramic surface, glass plate, titanium nail or glass plate. It damascus titanium can be used in table titanium daith jewelry games,

    BalasHapus