BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Singapura adalah Negara kecil yang
berbentuk kepulauan tepatnya di seberang pulau batam (Indonesia). Singapura
terkenal dengan Negara pelabuhan karena sebagian besar penduduknya mengandalkan
ekonomi dalam bidang pelabuhan di seluruh dunia.
Dalam makalah ini, saya akan membahas
tentang islam di singapura. Islam merupakan agama minority di singapura,
kira-kira 16% sahaja penduduknya mengamalkan agama islam terutama dari golongan
orang melayu. Proses Islamisasi yang terjadi di Singapura tidak bisa dilepaskan
dari keberadaan etnis Melayu yang mendiami pulau itu. Seperti disebutkan di
atas, identifikasi Islam tidak bisa dilepaskan dari etnis Melayu. Namun
persoalan yang sejak permulaan dirasakan dalam perkembangan komunitas Muslim
Singapura adalah kurangnya pemimpin tradisional pribumi.
B. Rumusan
masalah
1. Bagaimana
sejarah masuknya islam ke Singapura?
2. Bagaimana
perkembangan islam di Singapura?
3. Bagaimana
peranan MUIS dalam perkembangan islam di Singapura?
C. Tujuan
Makalah
ini di buat bertujuan untuk
1. Mengetahui
tentang sejarah masuknya islam ke singapura
2. Mengetahui
perkembangan islam di singapura
3. Mengerti
peranan MUIS dalam perkembangan islam di singapura
D. Batasan
Masalah
Batasan-batasan masalah hanya membahas tentang
1. Sejarah masuknya islam di singapura
2. Perkembangan islam di singapura
3. Peranan MUIS dalam perkembangan islam di singapura
BAB II
PEMBAHASAN
Islam di
singapura merupkan agama yang minoritas. Berdasarkan data pada 2008, sekitar 15
persen penduduk singapura yang jumlahnya 4.839.000 adalah muslim. Mayoritas
kelompok etnik melayu di singapura memeluk islam. Selain itu, pemeluk islam
meliputi kelompok etnik india dan Pakistan, juga sejumlah kelompok kecil etnik
sekitar 17% muslimin singapura berasal dari kelompok etnik india. Kaum muslim
di singapura secara tradisi merupakan merupakan muslim sunni yang mengikuti
mazhab syafi’i. Sebagian muslim singapura mengikuti mazhab Hanafi. Ada juga
kelompok muslim syiah disingapura.
A.
Sejarah
Masuknya Islam ke Singapura
Islam
masuk ke Singapura tidak dapat dipisahkan dari proses masuknya Islam ke Asia
Tenggara secara umum, karena secara geografis Singapura hanyalah salah satu
pulau kecil yang terdapat di tanah Semenanjung Melayu.
Pada
fase awal, Islam yang disuguhkan kepada masyarakat Asia Tenggara lebih kental
dengan nuansa tasawuf. Karena itu, penyebaran Islam di Singapura juga tidak
terlepas dari corak tasawuf ini. Buktinya pengajaran tasawuf ternyata sangat
diminati oleh ulama-ulama tempatan dan raja-raja Melayu. Kumpulan tarekat sufi
terbesar di Singapura yamg masih ada sampai sekarang ialah Tariqah ‘Alawiyyah
yang terdapat di Masjid Ba’lawi. Tarekat ini dipimpin oleh Syed Hasan bin
Muhannad bin Salim al-Attas.[1]
Selain
tarekat itu juga dijumpai tarekat
Al-Qadiriyyah Wa al Naqshabandiyyah yang berpusat di Geylang Road yang
dikelola oleh organisasi PERPTAPIS (Persatuan Taman Pengajian Islam). Tarekat
ini berasal dari Suryalaya, Tasik Malaya, Jawa Barat. Gurunya bernama K.H Ahmad
Tajul ‘Ariffin dan Haji Ali bin Haji Muhammad. Tarekat lainnya yang diamalkan
di Republik Singapura ialah Al-Shaziliyyah, Al-Idrisiyyah, Al-Darqawiyyah dan
Al-Rifa’iyyah.[2]
Para
ulama asal Yaman (Hadramaut) yang bernama Syed Abu Bakar Taha Alsaggof dalam
mengembangkan Islam di Singapura sangat besar. Dialah dai dan penyebar Islam
pertama era modern di negeri pulau itu dan membuka lembaga pendidikan Islam,
yakni Madrasah Al-Juneid yamg masih eksis sampai saat ini.[3]
B.
Perkembangan
Islam di Singapura
Wajah Islam di Singapura tidak jauh
beda dari wajah muslim di negeri jirannya, Malaysia. Banyak kesamaan, baik
dalam praktek ibadah maupun dalam kultur kehidupan sehari-hari. Barangkali hal
ini dipengaruhi oleh sisa warisan Malaysia, ketika Negara kecil itu resmi pisah
dari induknya, Malaysia, pada tahun 1965.[4]
Dalam perkembangan selanjutnya,
masyarakat Singapura selalu berupaya untuk memajukan diri mereka seiring dengan
kemajuan negaranya. Pemodernan pemikiran umat Islam Singapura berpengaruh pula
terhadap berkurangnya mitos dan kepercayaan kepada Khufarat, sehingga semakin
mulai menuju kepada cara beragama yang lebih rasional. Berdasarkan keterangan
sebelumnya, Singapura modern sering dihubungkan dengan masukknya Sir Stamford
Raffles ke pulau itu pada tahun 1819. Waktu itu Singapura hanya didiami oleh
lebih kurang 120 orang Melayu (termasuk dari keturunan Bugis, Jawa, dan lainnya)
dan 30 orang Cina.
Tahun 1901, jumlah orang Melayu itu
berkembang menjadi 23.060 orang, yang terdiri dari 12.335 orang penduduk asli
kepulauan Melayu, hampir 1000 orang keturunan arab, dan 600 orang keturunan
Jawa. Jumlah penduduk Singapura secara keseluruhan pada waktu itu sekitar
228.555 orang, dengan 72% etnis Cina.[5]
Orang Melayu awalnya tinggal dikawasan Kampung Gelam yaitu
suatu kawasan di pesisir sungai. Di sekitar Kampung Gelam tersebut mereka hidup
secara bersamaan dengan orang-orang keturunan Bugis, Boyan, Jawa dan Arab.
Dengan demikian, secara umum muslim
Singapura terbagi kepada dua kelompok besar, yaitu etnis Melayu sekitar 90%.
Sisanya adalah etnis non-Melayu (India, Timur Tengah, Indonesia, dan lain-lain)
sekitar 10%.
Sementara itu, pada tahun 1947
bilangan penduduk-nya bertambah menjadi 940.824(115.735 Melayu dan 730.133
Cina). Pada tahun 1957 menunjukan bahwa penduduk Singapura telah meningkat
kepada 1.445.929 orang (1.090.596 Cina, 197.059 Melayu/Indonesia, 124.084
India/Pakistan dan 34.190 lainnya). Di akhir tahun 1976, jumlah penduduk
Singapura adalah 2.294.900 orang (17%
orang Islam dan 15% dari itu
adalah orang Melayu).[6]
Menurut istilah Sharon Siddique,
muslim Singapura dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu migrant yang berasal
dari dalam dan luar wilayah. Migrant dari dalam wilayah berasal dari Jawa,
Sumatra, Sulawesi, Riau dan Bawean. Kelompok ini selalu diidentikkan ke dalam
etnis Melayu. Adapun kelompok migrant dari luar wilayah dibagi menjadi dua
kelompok penting, yaitu muslim India yang berasal dari subkontinen India
(Pantai Timur dan Pantai Selatan India) dan keturunan Arab, khususnya
Hadramaut. Dengan demikian, Sharon berpandangan bahwa muslim Singapura adalah
para migran.[7]
Migran yang berasal dari luar
wilayah secara umum berasal dari golongan muslim yang kaya dan terdidik.
Kelompok ini pula akhirnya membentuk kelompok elit social dan ekonomi
Singapura. Mereka mempelopori perkembangan Singapura sebagai pusat pendidikan
dan penerbitan muslim. Disamping itu, mereka juga sebagai penyumbang dana
terbesar untuk pembangunan mesjid, lembaga pendidikan dan organisasi social
Islam lainnya. Di antara mereka itu dikenal dengaan keluarga al-Segat, al-Kaff,
dan al-Juneid.
Secara akademis belum ada pendapat
yang pasti tentang asal usul migrant dalam wilayah. Dari beberapa kajian ada
yang berpendapat mereka itu berasal dari Riau, Pahang, Terengganu, Kelantan.
Sebelum menjelaskan lebih jauh
tentang perkembangan dan kondisi objektif Melayu-Islam Singapura, di sini perlu
sedikit diuraikan tentang posisi masjid di Singapura. Masjid sebagai tempat
ibadah bagi umat Islam mendapat model dan perhatian khusus bagi Melayu-muslim,
sehingga wajar saja kalau masjid menjadi tempat terselenggaranya berbagai
kegiatan.
Semua masjid ini umumnya memilki suatu
lembaga yang di manage secara professional dan memiliki administrasi yang serba
mapan. Kebersihan masjid selalu terpelihara secara baik. Sejauh pengamatan
penulis tak satupun yang tidak terawat sebagaimana kondisi masjid-masjid yang
ada di-Indonesia
.
C.
Peranan
MUIS dalam Perkembangan Islam di Singapura
Dimensi perkembangan Islam itu yang
cukup menggembirakan, terutama dalam hal manajemen profesionalisme dalam hal
pengelolaan zakat, infaq, sedekah, dan wakaf (ZIS wakaf). Di Singapura,
sebagaimana dijelaskan oleh kepala Divisi Pembangunan Agama dan Penelitian,
Majlis Ulama Islam Singapura (MUIS), Zalman Putra Ahmad Ali, pengelolaan ZIS
wakaf, diperuntukkan bagi pemerataan dan kesejahteraan umat Islam.
"Pemberdayaan amanat agama ini tidak akan mencapai target maksimal jika
tidak dikelola secara profesional," jelas Zalman kepada Republika. [8]
MUIS sendiri sebagai lembaga tertinggi
pemerintah untuk Hal Ehwal Islam (setingkat kementerian agama di Indonesia),
memang bertanggung jawab dan ikut mengelola langsung pengelolaan ZIS wakaf,
sehingga dapat mengetahui secara pasti pelaksanaannya. Sistem manajemen
profesioanl yang diterapkan oleh MUIS ini telah diterapkan lebih dari 10 tahun
terakhir. Dalam pembayaran ZIS misalnya, tidak lagi secara manual, dengan cara
pergi ke tempat penyaluran atau lembaga yang dipercaya, tapi sejak dua tahun
terakhir pembayarannya dapat dilakukan melalui sistem on-line, seperti
manajemen bank.
Dengan cara demikian akan diketahui
seluruh dana yang terhimpun saat itu juga. Sementara untuk wakaf, telah lima
tahun lebih dikelola dengan sistem wakaf produktif. Harta benda dari wakaf
dikelola dengan azas manfaat, bukan lagi untuk pembangunan masjid atau kuburan,
sebagaimana di Indonesia. Misalnya, dana wakaf dipakai untuk pembangunan real
estate atau supermarket atau usaha lainnya yang menguntungkan. Keuntungannya
kemudian dipakai lagi untuk pengembangan Islam. Di sini, jangan dikira ada
kesempatan penyelewengan. Sebab, jika terbukti melakukan korupsi, misalnya
terhadap dana ZIS atau wakaf, maka hukuman yang sangat beratlah imbalannya.
Memang di Singapura penegakan hukum cukup bagus, dan tingkat KKN-nya sangat
minim. Berkaitan dengan ZIS ini, menurut Zalman, rata-rata dana ZIS setiap
tahunnya terkumpul berkisar 18-20 juta dolar Singapura (sekitar 10 dolar AS).
Khusus pegawai di MUIS, digaji dari dana zakat tersebut.
Sementara itu, dana bagi pengembangan
masjid dan madrasah, ada kasnya sendiri. Tidak lagi diambilkan dari dana ZIS
wakaf tersebut. Untuk madrasah ada kotak bernama "Dana Madrasah". Sedangkan
dana masjid diperoleh dari sumbangan kaum muslim, khususnya kotak Jumat. Meski
juga terkadang masih dapat bantuan dari dana ZIS wakaf.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tentang islam di
singapura, yang meliputi sejarah
masuknya islam di singapura, perkembangan islam di singapura, serta
peranan MUIS dalam perkembangan Islam di Singapura, maka dapat diberikan
kesimpulan sebagai berikut:
Pada tahap awal proses Islamisasi,
Islam diidentikan dengan agamanya orang Melayu. Para ulama asal Yaman
(Hadramaut) yang bernama Syed Abu Bakar Taha Alsaggof dalam mengembangkan Islam
di Singapura sangat besar. Dialah dai dan penyebar Islam pertama era modern di
negeri pulau itu dan membuka lembaga pendidikan Islam, yakni Madrasah Al-Juneid
yamg masih eksis sampai saat ini.
MUIS sebagai lembaga tertinggi
pemerintah untuk Hal Ehwal Islam (setingkat kementerian agama di Indonesia),
memang bertanggung jawab dan ikut mengelola langsung pengelolaan ZIS wakaf,
sehingga dapat mengetahui secara pasti pelaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Munzir Hitami, 2006, “ Sejarah
Islam Asia Tenggara”, Alaf Riau, Pekanbaru.
Zuhairini, dkk. 1994, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta :Bumi
Aksara.
[1] Dr. Munzir Hitami, Sejarah
Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru: Alaf Riau, 2006), hlm. 32.
[2] Ibid, hlm. 32.
[3] Ibid, hlm. 33.
[4]
http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura, 25/05/2010,12:34WIB.
[5]
http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura, 25/05/2010,12:34WIB.
[6] www.id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Islam_di_Singapura,
23/05/2010, 12:52WIB.
[7] www.id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Islam_di_Singapura, 23/05/2010, 12:52WIB
Iron titanium | TheTithron Technologies, Inc.
BalasHapusIron titanium is a material used to make titanium paint color ceramic plates that can titanium white fennec be used for a ceramic surface, glass plate, titanium nail or glass plate. It damascus titanium can be used in table titanium daith jewelry games,