BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Asbabun Nuzul, Terkadang banyak ayat yang turun, sedang sebabnya hanya satu. dalam hal
ini tidak ada permasalahan yang cukup penting, karena itu banyak ayat yang
turun didalam berbagai surah berkenaan dengan satu peristiwa. Asbabun nuzul
adakalanya berupa kisah tentang peristiwa yang terjadi, atau berupa pertanyaan
yang disampaikan kepada rasulullah
SAW untuk mengetahui hukm suatu masalah, sehingga Qur'an pun turun sesudah
terjadi peristiwa atau pertanyaan tersebut. Asbabun nuzul mempunyai
pengaruh dalam memahami makna dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran.
Al-Qur'an diturunkan untuk memahami petunjuk kepada manusia kearah tujuan
yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang
didasarkan pada keimana kepada allah SWT dan risalah-Nya, sebagian besar qur'an
pada mulanya diturunkan untuk tujuan menyaksikan banyak peristiwa sejarah,
bahkan kadang terjadi diantara mereka khusus yang memerlukan penjelasan hukum
allah.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan diatas maka yang menjadi permasalahan pokok
pada penelitian ini adalah:
1.
Apakah pengertian Asbabun Nuzul?
2.
Bagaimana cara nabi menerima wahyu?
3.
Ayat-ayat Al-qur’an turun sesuai tertib kejadiannya. Tetapi di dalam Al-qur’an
(mushaf)tertib susunan itu berbeda. Dikatakan tertib susunan Allah-lah yang
mengaturnya.Apakah itu benar?
4.
Bagaimana Rasulullah saw menerima wahyu?
5.
Bagaimana suatu ayat atau surah di turunkan?
1.3 TUJUAN DAN
MANFAAT
1.3.1
Tujuan Penelitian
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memahami tentang sebab-sebab ditirunkannya ayat
Al-Qur’an.
1.3.2
Manfaat Penenlitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah:
1.
agar kita lebih mencintai firman-firman Allah swt.
2.
Mengetahui Asbabun Nuzul ayat merupakan metode yang utama dalam memahami pesan
yang terkandung dalam Alquran.
3.
Al-Wahidi menyatakan sebagaimana dikutip oleh As-Suyuthi bahwa tidak mungkin
seseorang dapat menafsirkan suatu ayat tanpa mengetahui sejarah turunnya dan
latar belakang masalahnya. (Anwar, 2002: 35)
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN ASBABUN NUZUL
Asbābun Nuzūl (Arab: اسبابالنزول,
Sebab-sebab Turunnya (suatu ayat)) adalah ilmu
Al-Qur'an
yang membahas mengenai latar belakang atau sebab-sebab suatu atau beberapa ayat
al-Qur'an diturunkan.
Menurut Abu Anwar (2002: 29) ada tiga definisi
yang dikemukakan oleh ahli tafsir tentang Asbabun
Nuzul:
1.
Suatu peristiwa yang terjadi menjelang turunnya ayat.
2.
Peristiwa-peristiwa pada masa ayat Al-Qur’an itu diturunkan (yaitu dalam waktu
23 tahun),baik peristiwa itu terjadi sebelum atau sesudah ayat itu diturunkan.
3.
Peristiwa yang dicakup oleh suatu ayat, baik pada waktu 23 tahun itu maupun
yang terjadi sebelum atau sesudahnya. Ini sesuai dengan definisi yang
dikemukakan oleh Subhi Sholeh yang berbunyi:
Sesuatu yang
dengan sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu,
atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab tersebut.
Menurut Mashuri Sirojuddin Iqbal dan A. Fudlali
(1989: 135) definisi Asbabun Nuzul adalah semua yang disebabkan olehnya
diturunkan sesuatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebabnya, atau
memberi jawaban terhadap sebabnya, atau menerangkan hukumnya, pada saat
terjadinya peristiwa itu. Turunnya ayat Alquran itu ada yang didahului dengan
sebab dan ada pulayang tidak didahului dengan sebab.
Dari definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa
sebab turunnya suatu ayat bisa berbentuk peristiwa dan bisa berbentuk
pertanyaan.Satu ayat atau beberapa ayat yang turun untuk menjelaskan peristiwa
tertentu atau memberikan jawaban terhadap pernyataan tertentu.
Sebab turun ayat dalam bentuk peristiwa ini ada
3 macam, yaitu:
1.
Disebabkan peristiwa pertengkaran.
Contoh
peristiwa ini adalah perselisihan yang berkecamuk antara suku Aus dengan suku
Khazraj. Perselisihan tersebut muncul dari intrik-intrik yang dihembuskan oleh
kelompok Yahudi sehingga mereka berteriak: senjata!
senjata! (perang! perang!). Peristiwa tersebut menyebabkan turunnya ayat
100 Surah Ali Imran:
Hai orang-orang
yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al
kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu
beriman.
Ayat tersebut
dilanjutkan sampai beberapa ayat sesudahnya. Hal ini merupakan cara terbaik
untuk menjauhkan orang dari perselisihan dan merangsang orang untuk berkasih
sayang satu dengan lainnya, memiliki rasa persaudaraan yang tinggi dan
kekompakan atau kesepakatan yang kuat.
2.
Disebabkan peristiwa kesalahan yang serius.
Contoh, seorang
yang menjadi imam dalam shalat dan orang tersebut dalam keadaan mabuk.Sehingga
orang tersebut salah membaca Surah Al Kafirun. Pristiwa tersebut menyebabkan
turunyya Surah An Nisaa’ ayat 42 yang melarang orang mengerjakan shalat ketika
mabuk.
Ayat tersebut berbunyi:
Hai orang-orang
beriman, janganlah kamu menghampiri (mengerjakan) shalat sedang kamu dalam
keadaan mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.
3.
Disebabkan adanya cita-cita dan keinginan.
Contoh, sejarah
mencatat ada beberapa ucapan yang ingin diucapkan oleh Umar al-Khattab, tapi
dia tidak berani, kemudian turun ayat misalnya yang diinginkan oleh Umar, ayat
14 dalam Surah Al Mukminun. Contoh lain adalah menjadikan maqdam Ibrahim
sebagai tempat shalat.
Ada ayat Al-Qur’an yang Asbabun Nuzulnya lebih
dari satu, dan ada pula satu sebab, tapi ada beberapa ayat yang turun (anwar,
2002: 32).Contoh yang pertama adalah surah An-Nur ayat 6-7. Asbabun al-Nuzul
ayat tersebut ada dua, yaitu:
(6)Dan orang-orang
yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai
saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat
kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang
yang benar. (7) Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah atasnya, jika dia
termasuk orang-orang yang berdusta[1030].
[1030] maksud
ayat 6 dan 7: orang yang menuduh Istrinya berbuat zina dengan tidak mengajukan
empat orang saksi, haruslah bersumpah dengan nama Allah empat kali, bahwa dia
adalah benar dalam tuduhannya itu. Kemudian dia bersumpah sekali lagi bahwa dia
akan kena laknat Allah jika dia berdusta. Masalah Ini dalam fiqih dikenal
dengan Li'an.
Adapun sebab turunnya ayat tersebut adalah:
1.
Pertanyaan
Ashim dan Uaimir kepada Rasul sehubungan dengan mereka menemukan istrinya
masing-masing melakukan perzinaan.Peristiwa tersebut diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim.
2.
Tuduhan Hilal
bin Umayyah terhadap istrinya yang dituduh berzina dengan syarik bin Sahna’.
Tuduhan tersebut terjadi di hadapan Nabi saw.
Contoh yang kedua adalah:
1.
Surah An Nisaa’
ayat 32.
2.
Surah Al-Ahzab
ayat 35
3.
Surah Ali Imran
ayat 195
Sebab turunnya
ayat tersebut adalah riwayat Hakim sendiri tentang perkataan Ummu Salamah
kepada Rasul:
“Ya
Rasulullah!Saya tidak mendengar Allah menyebut khusus tentang wanita di dalam
Alquran mengenai peristiwa hijrah.”
Dalam buku
ulumul qur’an (anwar, 2002: 33-35) apabila riwayat yang menjelaskan tentang
turunnya ayat lebih dari satu, maka timbul empat kemungkinan, (menurut
Al-Zarqani).
1.
Satu diantaranya sahih.
Dalam hal ini yang dijadikan pedoman adalah
yang sahih.Misalnya perbedaan riwayat antara Bukhari, Muslim, dengan riwayat
Thabrani tentang turunnya Surah Ad Dhuha. Atau contoh dari peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya Surah An Nuur
ayat 6-7. Yaitu perbedaan riwayat antara Bukhari, Muslim, dengan yang lain.
Tentu yang dipilih dalam hal ini adalah yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim.
2.
Keduanya sahih tetapi yang satu punya dalil penguat sementata yang satu lagi
tidak mempunyai penguat.
Dalam hal ini yang dijadikan pedoman adalah
yang pertama .misalnya riwayat Bukhari dan Ibnu Mas’ud dan Tirmizi dari Ibnu
Abbas tentang sebab turunnya Surah Al-israa ayat 85:
Dan mereka
bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
Maka yang dijadikan pedoman adalah yang
pertama, karena Abdullah bin Mas’ud menyaksikan langsung peristiwa itu.
3.
Keduanya sahih
dan sama-sama tidak dikuatkan oleh dalil lain, tetapi yang keduanya mungkin
dikompromasikan dengan mengatakan bahwa ayat itu mempunyai Asbabun Nuzul.
Misalnya Asbabun Nuzul dari ayat 6 Surah An
Nuur:
Bukhari dari Ikrimah dan Ibnu ‘Abbas, dan
Bukhari dai Ibnu Sahal tentang kasus Hilal menuduh istrinya serong atau berlaku
curang dengan Syuraik, dan pertanyaan Uaimir kepada Ashim Ibnu ‘Adi tentang
istrinya yang serong, dan ‘Ashim bertanya kepada Rasul.
4.
Keduanya sahih
tetapi tidak ditemukan dalil yang menguatkan, dan juga tidak dapat
dikompromikan.
Jika didapati hal seperti itu, maka jalan
keluarnya harus dianggap bahwa ayat itu turun dua kali dengan latar belakang
yang berbeda. Misalnya Asbabun Nuzul dari ayat:
(126) Dan jika kamu memberikan balasan, Maka
balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu[846].akan
tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang
yang sabar.
[846] maksudnya pembalasan yang dijatuhkan atas
mereka janganlah melebihi dari siksaan yang ditimpakan atas kita.
Suatu riwayat
mengatakan bahwa ayat tersebut turun waktu perang uhud, sedang riwayat yang
kedua mengatakan bahwa turunnya ayat tersebut pada waktu Fathu Mekah (Baihaqi
dan Tirmizi).Maka penyelesaiannya adalah ayat itu turun dua kali.
Terlepas dari
pendapat itu semua, memang ada ayat-ayat yang tidak dapat dipahami tanpa mengetahui Asbabun Nuzul. Misalnya Surah Al
Baqarah ayat 62 dan Surah Al Maidah ayat 93 yang berbunyi:
62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang
Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin[56], siapa saja
diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah[57], hari
Kemudian dan beramal saleh[58], mereka akan menerima pahala dari
Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka
bersedih hati.
[56] Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti
syari'at nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau
dewa-dewa.
[57] orang-orang mukmin begitu pula orang Yahudi, Nasrani
dan Shabiin yang beriman kepada Allah termasuk iman kepada Muhammad s.a.w.,
percaya kepada hari akhirat dan mengerjakan amalan yang saleh, mereka mendapat
pahala dari Allah.
[58] ialah perbuatan yang baik yang diperintahkan
oleh agama islam, baik yang berhubungan dengan agama atau tidak.
Adapun Asbabun
Nuzul dari ayat di atas adalah:
1.
Riwayat yang disampaikan Ibn Abi Khatim dan Al-Adni dari Ibn Abi Najih yang
bersumber dari Mujahid menyatakan bahwa Salman bertanya kepada Nabi saw.
Tentang penganut agama yang pernah ia anut bersama mereka. Ia terangkan cara
shalat dan ibadahnya. Maka turunlah ayat 62 Surah Al Baqarah ini sebagai
penegasan bahwa orang yang beriman kepada Allah, hari akhir dan berbuat baik
akan mendapat pahala dari Allah swt.
2.
Riwayat yang disampaikan oleh Al-Wahidi dari Abdullah bin Katsir yang bersumber
dari Mujahid menyatakan bahwa ketika Salman menceritakan kepada Rasulullah saw.
Kisah teman-temannya, maka Nabi menjawab “mereka
di neraka”.Salman berkata “seolah-olah
dunia ini gelap gulita bagiku”.Akan tetapi setelah turun ayat ini (QS. 2:
62) “dunia ini seolah-olah terang
benderang bagiku”.
Ada juga ayat-ayat yang turun tanpa didahului
oleh suatu sebab terdapat banyak di dalam Al-Quran melebihi ayat-ayat yang ada
asbabun nuzulnya.Pada umumnya ayat-ayat yang turun tanpa sebab itu ialah
kisah-kisah para Nabi/Rasul dan umat-umat jaman dahulu, ayat-ayat yang
menerangkan alam gaib, ayat-ayat yang menggambarkan hari qiyamat, surga dan
neraka.Motif ayat-ayat yang turun tanpa suatu sebab adalah untuk menghibur Nabi
saja terutama dalam menghadapi tantangan kaum Quraisy (Iqbal dan fudlali, 1989:
137).
2.2HUBUNGAN
ASBABUN NUZUL DENGAN PENERAPAN HUKUM YANG TERKANDUNG DALAM SUATU AYAT
Menurut Abu Anwar dalam bukunya Ulumul Qur’an (2002: 41-46) ada dua
pendapat yang mendasari tentang hubungan Asbabun
Nuzul dengan hukum yang terkandung dalam suatu ayat Alquran, yaitu:
1.
Kandungan ayat dengan Asbabun Nuzul tertentu
tidak hanya berlaku pada kasus yang
menjadi Asbabun Nuzul.Pendapat ini didasari oleh suatu kaidah misalnya (QS.
Al Baqarah (2) ayat 222) yang berbunyi:
222. Mereka bertanya kepadamu tentang haidh.
Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu
hendaklah kamu menjauhkan diri[137] dari wanita di waktu haidh; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci[138]. apabila
mereka Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan
Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
[137] maksudnya menyetubuhi wanita di waktu haidh.
[138] ialah sesudah mandi. Adapula yang menafsirkan
sesudah berhenti darah keluar.
Adapun sebab turun ayat tersebut adalah khusus,
yaitu hadis yang bersumber dari Anas tentang istri seorang Yahudi yang sedang
haid.Apabila istri orang Yahudi dalam keadaan haid maka dikeluarkan dari rumah
itu.Suami atau keluarga tidak mau makan dengannya dan tidak mau bergabung dalam
suatu rumah.
Hal tersebut pernah ditanyakan orang kepada
Rasul, ketika itu Allah menurunkan ayat QS.2: 222 di atas.Lalu Rasul menjawab
agar istri diperlakukan dengan baik dan tinggal dalam satu rumah, yang dilarang
hanyalah melakukan hubungan seksual.
Dapat dilihat bahwa ayat di atas berlafaz umum,
tapi sebabnya khusus.Maka banyak orang sepakat penetapan hukumnya berdasarkan
atau menggunakan umumnya lafaz, tidak dengan khususnya sebab, sehingga berlaku
untuk semua orang.
Contoh lain adalah Surah An Nuur ayat 6-9
mengenai tuduhan terhadap istri yang melakukan zina. Ayat tersebut berbunyi:
6. Dan orang-orang yang menuduh isterinya
(berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka
sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama
Allah, Sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar.
7. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la'nat Allah
atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta[1030].
8. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh
sumpahnya empat kali atas nama Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar
termasuk orang-orang yang dusta.
9. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah
atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar.
[1030]maksud ayat 6
dan 7: orang yang menuduh Istrinya berbuat zina dengan tidak mengajukan empat
orang saksi, haruslah bersumpah dengan nama Allah empat kali, bahwa dia adalah
benar dalam tuduhannya itu. Kemudian dia bersumpah sekali lagi bahwa dia akan
kena laknat Allah jika dia berdusta. Masalah Ini dalam fiqih dikenal dengan
Li'an.
Turunnya surat ini sehubungan dengan Hilal bin Umayyah
yang mengqazaf istrinya di hadapan Nabi. Lalu Nabi meminta bukti yang
akurat.Nabi menandaskan, kalau tidak ada bukti yang akurat maka Hilal harus
menerima risikonya. Sehubungan dengan kejadian tersebut maka turun surat itu.
Dapat dilihat bahwa ayat di atas (Surah An Nuur
ayat 6-9) sebabnya khusus, tapi lafaznya umum. Oleh karena itu, pengambilan
hukumnya berdasarkan lafaz. Meskipun ayat tersebut berdasarkan keumuman lafaz
namun bukan berarti mereka mengabaikan sebab sama sekali.
2.
Kandungan ayat dengan Asbabun Nuzul tertentu
atau khusus hanya berlaku pada kasus yang menjadi sebab turunnya ayat itu.
Pendapat ini berdasarkan kaidah. Contohnya adalah Surah Al Lail ayat 17-21 yang
berbunyi:
17. Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling
takwa dari neraka itu,
18. Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah)
untuk membersihkannya,
19. Padahal tidak ada seseorangpun memberikan
suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,
20. Tetapi (Dia memberikan itu semata-mata)
Karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi.
21. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan.
Tujuh orang hamba sahaya sebelum dibebaskan
mereka disiksa dalam menegakkan ajaran Islam. Tujuh orang hamba sahaya tersebut
adalah Bilal bi Rabahwa, Amir bin Fuhairah, al-Nahdiah beserta putrinya , Ibu
Isa dan Bani al-Mauli (seorang budak wanita). Riwayat yang ada yang bersumber
dari ‘Urwah menyatakan, bahwa Abu Bakar Shiddiq telah memerdekakan mereka,
dalam hal ini turunlah ayat tersebut di atas (dan akan dijauhkan dari neraka
orang yang paling bertakwa sampai pada akhir surat). Dapat dipahami bahwa
menurut Asbabun Nuzul ayat tersebut ditujukan untuk Abu Bakar.Pendapat ini
dipegangi oleh jumhur ulama.
Ayat-ayat hukum
pada umumnya turun karena sesuatu sebab, seperti:
221. Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita
musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih
baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu.dan janganlah kamu
menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia
menarik hatimu.mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan
ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
(perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.
Turunnya ayat
tersebut adalah karena peristiwa seperti berikut:
“Nabi
mengutus Murtsid Al Ghanawi ke Mekkah untuk tugas mengeluarkan orang-orang
Islam yang lemah. Setelah ia sampai di sana, ia dirayu oleh seorang wanita
musyrik yang cantik dan kaya, tetapi ia menolak karena takut kepada Allah.
Kemudian wanita tersebut datang lagi dan minta agar dia dikawini.Murtsid pada
prinsipnya dapat menerimanya tetapi dengan syarat setelah mendapat persetujuan
dari Nabi. Setelah ia kembali ke Madinah ia menerangkan kasus yang dihadapi dan
ia minta izin kepada Nabi untuk kawin dengan wanita itu. Maka turunlah Surah
Al-Baqarah 221”.
2.3
TURUNNYA WAHYU
Ketika wahyu pertama turun, Rasulullah saw
merasa sangat lelah, sehingga setiba dirumahnya beliau berkata kepada istrinya
Khadijah, “Selimuti aku, selimuti aku”. Beliau gemetar dan merasa begitu takut,
seluruh tubuhnya terasa lelah karena Jibril memeluknya dengan ketat, sehingga
keringat bertetesan dari kening beliau.
Menurut As Sya’rawi (1992: 100-102) jika dua
unsur bertemu yaitu unsur malaikat dan unsur manusia, maka akan terjadi
beberapa alternatif, yaitu:
Pertama, unsur malaikat pindah kepada unsur manusia
dimana Jibril berupa seorang laki-laki tampan yang mengajarkan kata-kata kepada
nabi Muhammad sampai beliau hapal benar.Cara ini tidak terlalu melelahkan.
Kedua, Rasulullah (unsur manusia) berubah dan
pindah kepada unsur malaikat (agar bisa berpadu), dan cara inilah yang paling
berat dirasa dan melelahkan beliau. Wahyu datang kepada beliau seperti
gemerincingnya lonceng.Cara ini lah yang dirasakan nabi sangat berat.
Kadang-kadang di kening beliau berpancaran keringat, meskipun waktu itu cuaca
begitu dingin. Diriwayatkan oleh penulis wahyu Zaid bin Tsabit:
“aku adalah
penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Ketika wahyu itu turun aku
melihat Rasulullah seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya
bercucuran seperti permata.Setelah wahyu selesai turun, beliau kembali seperti
biasa”.
Ketiga, Malaikat memasukkan wahyu kedalam hati
beliau.Dalam hal ini nabi SAW tidak melihat sesuatu, tetapi hanya merasakan
wahyu sudah ada dalam kalbunya. Mengenai hal itu beliau bersabda: “Ruhul Kudus mewahyukan ke dalam kalbuku”.
Keempat, Malaikat Jibril menampakkan diri
kepada nabi tidak berupa seorang laki-laki tetapi benar-benar seperti rupanya
yang asli. Firman Allah swt:
(13)Dan
Sesungguhnya Muhammad Telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain, (14) (yaitu) di
Sidratil Muntaha [1430].
[1430]
Sidratul Muntaha adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7,
yang Telah dikunjungi nabi ketika Mi'raj.
Salah besar bila orang mengutamakan tertib
susunan sebagaimana yang diturunkan Allah lewat malaikat Jibril kepada
Rasulullah saw. Surat-surat Al-qur’an turun dengan tertib seiring dengan
kejadian dan peristiwanya.Tetapi susunan dan letaknya dalam Al-qur’an berbeda
sesuai dengan ajaran Allah.Ini untuk memudahkan pemahamannya oleh manusia dan
juga mudah dimengerti dan diingat. (As Sya’rawi, 1992: 440)
Firman Nya:
(17) Dan Sesungguhnya Telah kami mudahkan Al-Quran
untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?
2.4
WAKTU TURUNNYA AL-QUR’AN
Qur’an di turunkan dalam bulan Ramadhan, pada
suatu malam, yang sejak saat itu mendapat julukan Lailatu-l qadr atau malam yang agung. (Bachrun, 1989: 20) Allah swt
berfirman:
185. (beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu.dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,
supaya kamu bersyukur.
Qur’an diturunkan sepotong-sepotong, dan
setelah penggalan-penggalan itu diturunkan, segera ditulis dan dihapalkan,
adapun jangka waktu diturunkannya Al-Qur’an meliputi masa hidup Nabi Muhammad
Sawnselama 23 tahun, yang selama itu beliau sibuk memperbaiki dunia yang
dilanda kegelapan. (Bachrun, 1989: 20)
Allah
swt berfirman:
106. Dan Al Quran itu Telah kami turunkan dengan
berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami
menurunkannya bagian demi bagian.
2.5
BEBERAPA ORANG YANG MENJADI PENYEBAB TURUNNNYA SUATU AYAT
2.5.1 Abu Bakar As Siddiq
2.5.1.1 An-Nuur ayat 22
Ayat ini
berhubungan dengan sumpah Abu Bakar r.a. bahwa dia tidak akan memberi apa-apa
kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita
bohong tentang diri 'Aisyah. Maka turunlah ayat ini melarang beliau melaksanakan
sumpahnya itu dan menyuruh mema'afkan dan berlapang dada terhadap mereka
sesudah mendapat hukuman atas perbuatan mereka itu.
22. Dan janganlah orang-orang yang mempunyai
kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi
(bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang
yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang
dada. apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang,
2.5.2 Abu Jahal
2.5.2.1 Al
-‘Alaq ayat 6-19
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Abu Jahal
pernah berkata: "Apakah Muhammad meletakkan mukanya ke tanah (sujud) di
hadapan kamu?" Ketika itu orang membenarkannya. Selanjutnya Abu Jahal
berkata: "Demi Lata dan 'Uzza, sekiranya aku melihatnya demikian, akan aku
injak batang lehernya dan aku benamkan mukanya ke dalam tanah." Ayat ini
(S.96:6-19) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut. (Diriwayatkan oleh
Ibnu Mundzir yang bersumber dari Abi Hurairah.)
6. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar
melampaui batas,
7. Karena dia melihat dirinya serba cukup.
8. Sesungguhnya Hanya kepada Tuhanmulah
kembali(mu).
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika
Rasulullah saw. sedang shalat, datanglah Abu Jahal melarang Nabi melakukannya.
Ayat ini (S.69:9-16) turun berkenaan dengan peristiwa di atas sebagai ancaman
kepada orang yang menghalang-halangi beribadat. (Diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
9.
Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,
10.
Seorang hamba ketika mengerjakan shalat [1590],
11.
Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas
kebenaran,
12. Atau
dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
13.
Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan
berpaling?
14.
Tidaklah dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala
perbuatannya?
15.
Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya
kami tarik ubun-ubunnya [1591],
16.
(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
[1590] yang dimaksud dengan orang yang hendak
melarang itu ialah abu Jahal, yang dilarang itu ialah Rasulullah sendiri. akan
tetapi usaha Ini tidak berhasil Karena abu Jahal melihat sesuatu yang
menakutkannya. setelah Rasulullah selesai shalat disampaikan orang berita itu
kepada Rasulullah. Kemudian Rasulullah mengatakan: "Kalau jadilah abu
Jahal berbuat demikian pasti dia akan dibinasakan oleh Malaikat".
[1591] Maksudnya: memasukkannya ke dalam neraka
dengan menarik kepalanya.
Dalam riwayat
lain dikemukakan bahwa ketika Nabi saw. sedang shalat, datanglah Abu Jahal
berkata: "Bukankah aku telah melarang engkau berbuat begini
(shalat)?" Ia pun dibentak oleh Nabi saw. Abu Jahal berkata:
"Bukankah engkau tahu bahwa di sini tidak ada yang lebih banyak
pengikutnya daripadaku?" Maka Allah menurunkan ayat ini (S.96:17-19)
sebagai ancaman kepada orang-orang yang menghalang-halangi melakukan ibadat dan
karena merasa banyak pengikutnya. (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan yang
lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas.Menurut at-Tirmidzi, hadits ini hasan
shahih.)
17. Maka
Biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
18.
Kelak kami akan memanggil malaikat Zabaniyah [1592],
19.
Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan
dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).
[1592] Malaikat Zabaniyah ialah malaikat yang
menyiksa orang-orang yang berdosa di dalam neraka.
2.5.3 Abu Amir Ar Rahib
2.5.3.1 At-Taubah ayat 107
107. Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada
orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada
orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang
mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang Telah memerangi Allah dan
rasul-Nya sejak dahulu. mereka Sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak
menghendaki selain kebaikan." dan Allah menjadi saksi bahwa Sesungguhnya
mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).
Yang dimaksudkan
dengan orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu ialah
seorang pendeta Nasrani bernama Abu 'Amir, yang mereka tunggu-tunggu
kedatangannya dari Syiria untuk bersembahyang di masjid yang mereka dirikan
itu, serta membawa tentara Romawi yang akan memerangi kaum muslimin. Akan
tetapi kedatangan Abu 'Amir ini tidak jadi karena ia mati di Syiria. Dan masjid
yang didirikan kaum munafik itu diruntuhkan atas perintah Rasulullah s.a.w.
berkenaan dengan wahyu yang diterimanya sesudah kembali dari perang Tabuk.
2.5.4 Abu Lahab
2.5.4.1 Al-Lahab ayat 1-5
1. Binasalah kedua tangan abu Lahab dan
Sesungguhnya dia akan binasa.
2. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya
dan apa yang ia usahakan.
3. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang
bergejolak.
4. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu
bakar[1608].
5. Yang di lehernya ada tali dari sabut.
[1608] Pembawa kayu bakar dalam bahasa Arab adalah
kiasan bagi penyebar fitnah. isteri abu Lahab disebut pembawa kayu bakar Karena
dia selalu menyebar-nyebarkan fitnah untuk memburuk-burukkan nabi Muhammad
s.a.w. dan kaum muslim. Biasanya tukang-tukang sihir dalam melakukan sihirnya
membikin buhul-buhul dari tali lalu membacakan jampi-jampi dengan
menghembus-hembuskan nafasnya ke buhul tersebut.
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa suatu
ketika Rasulullah saw. naik ke Bukit Shafa sambil berseru: "Mari berkumpul
pada pagi hari ini!" Maka berkumpullah kaum Quraisy. Rasulullah bersabda:
"Bagaimana pendapat kalian, seandainya aku beritahu bahwa musuh akan
datang besok pagi atau petang, apakah kalian percaya kepadaku?" Kaum
Quraisy menjawab: "Pasti kami percaya." Rasulullah bersabda:
"Aku peringatkan kalian bahwa siksa Allah yang dahsyat akan datang."
Berkata Abu Lahab: "Celaka engkau! Apakah hanya untuk ini, engkau
kumpulkan kami?" Maka turunlah ayat ini (S.111:1-5) berkenaan dengan
peristiwa yang melukiskan bahwa kecelakaan itu akan terkena kepada orang yang
memfitnah dan menghalang-halangi agama Allah.
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa istri Abu
Lahab menyebarkan duri-duri di tempat yang akan dilalui Nabi saw. Ayat ini
(S.111:1-4) turun berkenaan dengan peristiwa itu yang melukiskan bahwa orang yang
menghalang-halangi dan menyebarkan permusuhan terhadap Islam akan mendapat
siksa Allah.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Isra'il dari Abi Ishaq yang bersumber dari orang Hamdan bernama Yazid bin Zaid. Diriwayatkan pula oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari 'Ikrimah.)
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Isra'il dari Abi Ishaq yang bersumber dari orang Hamdan bernama Yazid bin Zaid. Diriwayatkan pula oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari 'Ikrimah.)
2.5.5 Ibnu Ummi Maktum
2.5.5.1 ‘Abasa (ia bermuka masam)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa firman
Allah S.80:1 turun berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum yang buta yang datang
kepada Rasulullah saw. sambil berkata: "Berilah petunjuk kepadaku ya
Rasulullah." Pada waktu itu Rasulullah saw. sedang menghadapi para
pembesar kaum musyrikin Quraisy, sehingga Rasulullah berpaling daripadanya dan
tetap mengahadapi pembesar-pembesar Quraisy. Ummi Maktum berkata: "Apakah
yang saya katakan ini mengganggu tuan?" Rasulullah menjawab:
"Tidak." Ayat ini (S.80:1-10) turun sebagai teguran atas perbuatan
Rasulullah saw. (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim yang bersumber
dari 'Aisyah.Diriwayatkan pula oleh Ibnu Ya'la yang bersumber dari Anas.)
1. Dia
(Muhammad) bermuka masam dan berpaling,
2.
Karena Telah datang seorang buta kepadanya[1554].
3.
Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),
4. Atau
dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
5.
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup [1555],
6. Maka
kamu melayaninya.
7.
Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri
(beriman).
8. Dan
adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
9.
Sedang ia takut kepada (Allah),
10. Maka
kamu mengabaikannya.
[1554] orang buta itu
bernama Abdullah bin ummi Maktum. dia datang kepada Rasulullah s.a.w. meminta
ajaran-ajaran tentang Islam; lalu Rasulullah s.a.w. bermuka masam dan berpaling
daripadanya, Karena beliau sedang menghadapi pembesar Quraisy dengan
pengharapan agar pembesar-pembesar tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah
surat Ini sebagi teguran kepada Rasulullah s.a.w.
[1555] yaitu pembesar-pembesar Quraisy
yang sedang dihadapi Rasulullah s.a.w. yang diharapkannya dapat masuk Islam.
Dari paparan asbabun nuzul di atas
dapat diambil dua kesimpulan yang masih simpang siur. Pertama, ayat tersebut
diturunkan atas teguran terhadap Nabi saw. Kedua, apakah nabi saw yang
akhlaknya menjadi panutan umatnya memberikan muka masam terhadap hambanya yang
datang dengan penuh keikhlasan ingin belajar mengenai Islam, sedangkan Nabi saw
lebih mementingkan kaum yang sedang dihadapinya padahal ia selalu dihina. Dalam
suatu hadis nabi saw bersabda: “aku dididik oleh Allah dengan sebaik-baiknya
didikan.”Asbabun nuzul tentang surah ini masih banyak di perdebatkan oleh
para ulama untuk mengetahui surah ini ditujukan kepada siapa yang bermuka masam
tersebut.
Masih banyak lagi
kisah-kisah asbabun nuzul suatu ayat.Asbabun nuzul yang ada di dalam makalah
ini adalah sebagian dari beberapa contoh asbabun nuzul ayat dan surah.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dari paparan di atas
dapat disimpulkan:
3.1.1
Asbabun Nuzul adalah sebab-sebab
turunnya suatu ayat atau surah dalam Al-Qur’an.Namun ada juga ayat atau surah
yang tidak ada asbabun nuzulnya seperti kisah-kisah para Nabi/Rasul dan
umat-umat jaman dahulu, ayat-ayat yang menerangkan alam gaib, ayat-ayat yang
menggambarkan hari qiyamat, surga dan neraka.Motif ayat-ayat yang turun tanpa
suatu sebab adalah untuk menghibur Nabi saja terutama dalam menghadapi
tantangan kaum Quraisy.
3.1.2
Sebab turunnya suatu ayat bisa berbentuk peristiwa dan bisa berbentuk
pertanyaan. Sebab turunnya ayat atau surah dalam bentuk peristiwa ada 3 macam,
yaitu : Disebabkan peristiwa pertengkaran, Disebabkan peristiwa kesalahan yang
serius, Disebabkan adanya cita-cita dan keinginan.
3.1.3
Apabila riwayat
yang menjelaskan tentang turunnya ayat lebih dari satu, maka timbul empat
kemungkinan, yaitu: pertama, Satu diantaranya sahih. Kedua, Keduanya sahih
tetapi yang satu punya dalil penguat sementata yang satu lagi tidak mempunyai
penguat.Ketiga, Keduanya sahih dan sama-sama tidak dikuatkan oleh dalil lain,
tetapi yang keduanya mungkin dikompromasikan dengan mengatakan bahwa ayat itu
mempunyai Asbabun Nuzul.Keempat, Keduanya sahih tetapi tidak ditemukan dalil
yang menguatkan, dan juga tidak dapat dikompromikan.
3.1.4 Qur’an di turunkan pada
malam lailatul qadr pada bulan ramadhan.
Referensi
Al-Habsyi, Husein.
1992. NABI SAW BERMUKA MANIS TIDAK BERMUKA MASAM. Jakarta: Al-Kautsar.
Anwar, Abu. 2002. Ulumul
Qur’an. Pekanbaru: Amzah.
Asy Sya’rawi, M.
Mutawalli. 1992. ANDA bertanya ISLAM menjawab.Jakarta: Gema Insani
Press.
Bachrun, H.M dan
R.Kaelan. 1989. ISLAMOLOGI (Dinul Islam). Jakarta: Darul Kutubil
Islamiyah.
Iqbal, Mashuri
Sirojuddin dan A. Fudlali. 1989. Pengantar ILMU TAFSIR. Bandung:
ANGKASA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar