BAB II
PEMBAHASAN
A. Rasa Ingin Tahu
Ilmu pengetahuan manusia berasal dari rasa ingin tahu manusia. Manusia berusaha mencari penjelasan tentang berbagai hal yang ada di sekitarnya. Rasa ingin tahu inilah yang membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.
Lalu bagaimana dengan tumbuhan yang sellalu mengarahkan pertumbuhan pucuk daunnya kea rah matahari? Atau berbagai jenis burung yang selalu bermigrasi kea rah tujuan dengan tepat? Bukankah kemampuan mereka juga tidak lepas dari rasa ingin tahu? Lalu apa bedanya dengan kemampuan manusia?
Pengetahuan mahkluk hidup selain manusia akan selalu tetap sepanjang masa yang oleh Asimov (1972) disebut dengan idle curiousity, atau yang lebih dikenal dengan nama insting. Insting hanya berguna untuk mempertahankan kelangsungan hidup saja.
Bagaimana halnya dengan manusia? Manusia juga memiliki insting seperti yang dimiliki oleh hewan dan tumbuh-tumbuhan. Najmun, manusia memiliki kelebihan, yaitu adanya kemampuan berpikir. Dengan kata lain, curiousity-nya tidak idle, tidak tetap sepanjang zaman. Manusia memilki rasa ingin tahu yang berkembang, atau kemampuan berpikir. Setelah tahu tentang apa-nya mereka juga ingin tahu bagaimana dan mengapa begitu.[1]
Rasa ingin tahu manusia berkembang sepanjang zaman dan menjadi perbendaharaan pengetahuan untuk manusia itu sendiri. Pengetahuan ini tidak hanya menyangkut hal-hal praktis, tetapi berkembang sampai pada hal-hal yang menyangkut keindahan.
B. Mitos
Meskipun rasa ingin tahu manusia terus berkembang hingga menciptakan ilmu pengetahuan, namun hal itu ternyata tidak dapat terpuaskan hanya dengan pengamat dan pengalamannya. Untuk itulah manusia menerka sendiri jawaban-jawaban atas fenomena yang tidak dapat mereka jelaskan dengan kemampuan meereka saat itu. Pengetahuan baru yang bermunculan dan kepercayaan itulah yang kita sebut dengan mitos. Mitos timbul antara lain oleh keterbatasan alat indera manusia.
1. Alat Penglihatan
Banyak benda yang bergerak begitu cepat sehingga tak tampak jelas oleh mata. Mata tak dapat membedakan 10 gambar dalam satu detik jika ukuran partikel terlalu kecil. Demikian juga, jika benda yang dilihat terlalu jauh, mata tak mampu melihatnya.[2]
2. Alat Pendengaran
Pendengaran manusia pun sangat terbatas. Manusia hanya mampu mendengar getaran berfrekuensi dari 30 sampai 30.000 per detik. Getaran di atas maupun di bawahnya tidak dapat ditangkap oleh pendengaran manusia.
3. Alat Pencium dan Pengecap
Manusia hanya dapat membedakan empat macam rasa, yaitu manis, asam, asin, dan pahit. Bau hanya dapat tercium jika konsentrasinya di udara lebih dari sepersepuluh juta bagian.
4. Alat Perasa
Alat perasa pada kulit manusia dapat membedakan panas atau dingin. Namun, ini sangat relative sehingga tidak dapat dipakai sebagai alat observasi yang tepat.[3]
3. Mitos antara Pro dan Kontra
Penerimaaan mitos oleh masyarakat terdahulu karena adanya keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan pemikirannya. Puncak pemikiran tersebut terjadi pada zaman Babylonia, kira-kira 700-600 SM. Mereka berpendapat antara lain adalah bahwa alam semesta merupakan suatu ruangan dan selungkup. Bumi adalah lantai, sedangkan langit dan bintangnya merupakan sebuah atap.
Berkembangnya kemampuan berpikir manusia yang maju semakin disertai dengan berkembangnya teknologi pengetahuan membuat mitos semakin ditinggalkan. Manusia cenderung berpikir rasional untuk menjelaskan sesuatu yang tidak mereka ketahui.
Pemikir Yunani yang patut dicatat sebagai pelopo pemikiran rasional masa lalu adalah:
1. Anaximander (610-546 SM)
Berpendapat bahwa alam semesta yang kita lihat berbentuk seperti bola dan bumi sebagai pusatnya. Pendapat ini bertahan hingga dua abad lamanya. Anaximander juga mengajarkan cara pembuatan jam matahari.
2. Anaximenes (560-520 SM)
Memiliki pendapat bahwa unsure dasar pembentuk benda adalah air. Meskipun begitu, air dapat berubah wujud menjadi unsure yang lain.
3. Pythagoras (582-496 SM)
Berpendapat bahwa unsure dasar membentuk benda ada empat dandapat berubah dalam tiga bentuk lainnya. Unsure-unsur pembentuk tersebut adalah tanah, api, air dan udara.
4. Emplekodes (480-430 SM)
Menyempurnakan ajaran Pythagoras tentang empat unsure dasar yaitu tanah, air, uada, dan api. Iiia memperkenalkan adanya tenaga penyekat atau tarik-menarik dan tenaga pemisah atau tolak-menolak, kedua tenaga inilah yang mempersatukan atau memisahkan unsure-unsur tadi. [4]
5. Plato (427-247 SM)
Plato memiliki pikiran yang berbeda dari para pendahulunya. Menurutnya, keanekaragaman yang tampak di dunia ini hanyalah duplikat dari sesuatu yang kekal dan immaterial.
6. Aristoteles (348-322 SM)
Tentang unsure-unsur dasar, ia menyebutkan adanya zat masa tunggal yang disebut hule. Hule dapat bertransmutasi menjadi unsure lain disebabkan oleh keadaan dingin, panas, lembab, dan kering. Ajaran Aristoteles yang penting adalah pola berpikir dalam memperoleh kebenaran berdasarkan logika.
4. terbentuknya Galaksi
Ada berbagai teori yang mengemukakan tentang terbentuknya galaksi. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Teori Ledakan
Teori ini pertamakali diajukan oleh Georges LemaƮtre, seorang Katolik Romawi Belgia. Teori ini mengemukakan bahwa alam semesta berasal dari kondisi super padat yang panas dan mengembang sekitar 13,7 milyar tahun lalu dan terus mengembang hingga kini.
2. Teori Nebula
Teori ini pertama kali disampaikan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804). menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar.
3. Teori Pasang surut
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet.
Berdasarkan apa ya g tampak dari hasil pengamatan, galaksi dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yaitu: spiral, elips, dan tidak beraturan.
Daftar Pustaka
Mawardi dan Nur Hidayati. IAD-IBD-ISD.CV. PUSTAKA SETIA. Bandung. 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar