A. Biografi Burrhus Frederic Skinner
Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) adalah seorang psikolog Amerika Serikat terkenal dari aliran behaviorisme. Inti pemikiran Skinner adalah setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari lingkungannya. Sistem tersebut dinamakan "cara kerja yang menentukan" (pengkondisian operan). Setiap makhluk hidup pasti selalu berada dalam proses bersinggungan dengan lingkungannya. Di dalam proses itu, makhluk hidup menerima rangsangan atau stimulan tertentu yang membuatnya bertindak sesuatu. Rangsangan itu disebut stimulan yang menggugah. Stimulan tertentu menyebabkan manusia melakukan tindakan-tindakan tertentu dengan konsekuensi-konsekuensi tertentu.
Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di kota Susquehanna, Pennsylvania, Amerika Serikat. Ia menempuh pendidikan dalam bidang Bahasa Inggris dari Hamilton College. Beberapa tahun kemudian, Skinner menempuh studi dalam bidang psikologi di Universitas Harvard. Pada tahun 1936, Ia mengajar di Universitas Minnesota, dan pada tahun 1948, ia mengajar di Universitas Harvard sampai akhir hayatnya. Salah satu buku terbaik dalam bidang psikologi yang ditulisnya adalah Walden II.
B. Teori Skinner
1. Behaviorisme
B. F. Skinner merupakan seorang tokoh behaviorisme berkebangsaan Amerika yang menggunakan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction). Behaviorisme Adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia, memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka .
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon,menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.
Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka
Prinsip-prinsip teori behaviorisme adalah :
1. Obyek psikologi adalah tingkah laku
2. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek
3. Mementingkan pembentukan kebiasaan
2. Operant Conditioning
Menurut Skinner, manajemen kelas adalah suatu usaha untuk memodifikasi perilaku (Behavior modivication) dengan cara penguatan (reinforcement), yaitu dengan memberikan penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberikan imbalan pada perilaku yang tidak tepat. Beliau meyakini bahwa perilaku seseorang dikontrol melalui proses operant conditioning.
Operant conditioning atau Kondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Ada 4 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan. Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
a. Belajar itu adalah tingkah laku.
b. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
c. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat ditentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya didevinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang dikontrol secara seksama.
d. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanya stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan adalah: anak kecil yang tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen adalah penguat positifnya.
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut:
Dalam laboratorium, Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “Skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu tombol, alat memberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik.
Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana-kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping.
Berdasarkan beberapa percobaan yang telah dilakukan, Skinner menarik kesimpulan bahwa unsur yang paling penting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Penguatan dibagi menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif ditujukan agar terjadi pengulangan pada perilaku yang diinginkan. Bentuk penguatannya bisa berupa hadiah, perilaku dan penghargaan (dengan nilai). Sedangkan penguatan negatif ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain:
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
7. Dalam pembelajaran, digunakan shaping
Banyak aplikasi Pengkondisian operan telah dilakukan diluar riset laboratorium,antara lain dikelas, rumah setting bisnis, rumah sakit, dan tempat lain di dunia nyata.
C. Analisis Perilaku Terapan
Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang . pendidikan yaitu
1.Meningkatkan perilaku yang diinginkan.
2.Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping)
3.Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
Meningkatkan perilaku yang diharapkan. Lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu:
1. Memilih Penguatan yang efektif
Tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang.
2. Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu
Dan Agar penguatan dapat efektif, guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat pernyataan ”jika…maka”. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan kontingensi antar-imbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi.
3. Memilih jadwal penguatan terbaik
Menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah
a) Jadwal rasio tetap:
suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respon.
b) Jadwal rasio variabel :
suatu perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respon,akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat diperidiksi.
c) Jadwal interval – tetap :
respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan diperkuat.
d) Jadwal interval – variabel :
suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabelwaktu berlalu.
4. Menggunakan Perjanjian (contracting)
Menempatkan kontigensi penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan ”jika…maka” dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian diberi tanggal.
5. Menggunakan penguatan negatif secara efektif
Dalam pengutan negatif, frekuensi respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari. Seseorang guru mengatakan ”Pepeng, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran” ini berarti seorang guru menggunakan penguatan negative.
Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukan (shapping). Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respon tersebut akan terjadi.
Shapping (pembentukan) adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran, mengurangi perilaku yang tidak diharapkan. Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek,mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan adalah:
1. Menggunakan Penguatan Diferensial.
2. Menghentikan penguatan (pelenyapan).
3. Menghilangkan stimuli yang diinginkan,dan
4. Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman)
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Pengkondisian Operan
a. Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
b. Kekurangan
Beberapa kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa:
(i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis.
(ii) keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. Hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
E. Memecahkan Masalah Pembelajaran Matematika dengan Prinsip Teori Skinner.
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1. Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2. Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
3. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
4. Materi pelajaran digunakan sistem modul.
5. Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
6. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
7. Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
8. Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
9. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
10. Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
11. Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
12. Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping (pembentukan).
13. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
14. Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
15. Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda.
Pada pembelajaran matematika, baik penguatan positif maupun ganjaran sangat diperlukan peserta didik. Keduanya merupakan motivasi positif dalam belajar matematika. Dalam percobaan strategi pembelajaran matematika melalui lomba dan hadiah bagi pemenang yang dikenakan pada beberapa mahasiswa PGSD UPP 1 Univesitas Negeri Semarang yang bermasalah (enggan mengikuti kuliah, tidak mau mengerjakan tugas kelompok, prestasi rendah, dan sebagainya) pada tahun 2004 didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Semuanya senang dengan pembelajaran matematika yang sedang berlangsung
2. Mereka mengharapkan untuk sering melaksanakan pembelajaran dengan strategi tersebut, baik yang tidak mendapat hadiah, terlebih yang mendapat hadiah.
3. Ada perubahan tingkah laku mereka pada pertemuan-pertemuan selanjutnya yaitu menjadi lebih aktif mengikuti kegiatan di kelas, bergairah/bersemangat pada perkuliahan matematika, mau melaksanakan tugas kelompok bersama temannya, dan rajin mengikuti kuliah matematika.
4. Prestasi mereka pada mata kuliah matematika naik
Meskipun contoh penguatan tersebut dikenakan pada mahasiswa, hasilnya tidak akan berbeda jika dikenakan pada anak sekolah dasar. Contoh tersebut selaras dengan pendapat Skinner, bahwa penguatan akan berbekas pada diri peserta didik. Mereka yang mendapat pujian setelah berhasil menyelesaikan tugas atau dapat menjawab pertanyaan biasanya akan berusaha memenuhi tugas berikutnya dengan penuh semangat. Penguatan yang berbentuk hadiah atau pujian akan memotivasi anak untuk rajin belajar dan untuk mempertahankan prestasi yang diraihnya.
Oleh karena penguatan akan berbekas kepada peserta didik, sedangkan hasil penguatan yang diharapkan adalah positif, maka penguatan yang diberikan harus teralamatkan pada respon anak didik yang benar. Guru hendaknya jangan memberikan penguatan atas respon peserta didik jika respon tersebut sebenarnya tidak perlu dilakukan.
Skinner mengemukakan komponen-komponen penting dalam pengajaran matematika sebagai berikut:
*) Dalam pengajaran matematika tujuannya dinyatakan dengan terminologi tingkah laku.
*) Tugas yang akan diberikan kepada siswa sebaiknya dibagi menjadi ketrampilan-ketrampilan sehingga ketrampilan yang satu merupakan prasyarat yang lainnya.
*) Penentuan kaitan antara ketrampilan prasyarat dan urutan logis dari bahan materi yang akan dipelajari.
*) Merencanakan materi dan prosedur mengajar untuk setiap tugas bagian.
*) Memberi feedback kepada siswa sehingga guru dapat melihat penampilan siswa itu sudah menyelesaikan tugas-tugas bagian yang mendukung pencapaian tujuan pengajaran.
Aplikasi Teori Skinner
• Guru mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa yang telah diperiksa dan dinilai sesegera mungkin.
• Teori Thorndike dan Teori Skinner mendasari pengembangan metode pembelajaran menggunakan umpan balik.
Berikut ini ilustrasi proses belajar dengan umpan balik dalam pembelajaran Matematika, menurut kedua teori tersebut.
Siswa diberi tugas: menyelesaikan 10 soal perkalian dua bilangan bulat
Tahap 1:Siswa diperintah untuk menyelesaikan seluruh soal tersebut, tanpa bertanya dan tanpa diberi bimbingan atau komentar. Hasil yang diperoleh adalah kemampuan dasar siswa (Baseline performance).
Tahap 2:Siswa diperintah untuk mengerjakan lagi 10 soal perkalian dua bilangan bulat yang lain. Setiap selesai mengerjakan satu soal, siswa diberitahu jawabannya (diberi umpan balik) dan seterusnya sampai seluruh soal selesai dikerjakan dan dicocokkan dengan jawabannya. Hasil yang diperoleh adalah kemampuan selama latihan (Training performance).
Tahap 3:Ulangi lagi prosedur pada Tahap 1. Hasil yang diperoleh adalah kemampuan setelah latihan (Extinction performance).
Apabila hasil belajar selama training lebih baik dari kemampuan dasar, maka telah terjadi proses belajar. Alasan yang dapat diberikan: mungkin karena mendapatkan lebih banyak latihan. Selain itu, latihan selama training juga disertai umpan balik. Umpan balik menginformasikan bahwa hasil perkalian yang dilakukan adalah benar atau salah. Dengan mengetahui efek dari tindakan yang dilakukan dapat mendorong perubahan tindakan.
Apabila hasil belajar pada tahap 3 lebih baik dari tahap sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa siswa telah belajar untuk memeberikan umpan balik intrinsik. Dengan kata lain, siswa mampu memberikan penilaian kepada diri sendiri bahwa tindakannya benar tanpa umpan balik yang diberikan dari luar (umpan balik eksternal).
Menurut kedua teori tersebut (dan para pengikut aliran tingkah laku), umpan balik berasosiasi dengan stimulus yang mengarahkan siswa dalam belajar (memahami pengetahuan) dan memberikan respon terhadap proses pembelajaran itu. Pada umumnya, umpan balik berupa hadiah dapat menguatkan atau umpan balik berupa hukuman dapat melemahkan respon belajar. Proses penguatan atau pelemahan respon belajar ini bersifat otomatis, tidak memerlukan proses mental kognitif oleh pembelajar. Penelitian menunjukkan bahwa pernyataan ini adalah salah, karena proses penguatan atau pelemahan respon tidak akan terjadi secara otomatis, melainkan melalui suatu proses intepretasi efek dari respon.
Namun, penulis lebih cenderung membenarkan pendapat dari aliran kognitif bahwa umpan balik dianggap sebagai informasi yang diintepretasikan oleh siswa selama kegiatan belajar. Respon terhadap proses pembelajaran bukan tergantung pada umpan balik itu, tetapi tergantung dari intepretasi siswa terhadap makna dari umpan balik tersebut.
Menurut penulis, untuk memberikan umpan balik yang produktif, pemberian umpan balik perlu disertai informasi yang membimbing siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. Karena, umpan balik (hadiah atau hukuman) tidak akan begitu saja merubah atau meningkatkan respon siswa dalam proses pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Burrhus Frederic Skinner (1904-1990) adalah seorang psikolog Amerika Serikat terkenal dari aliran behaviorisme. Inti pemikiran Skinner adalah setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari lingkungannya.
Behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia, memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan.
Operant conditioning atau Kondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi dan merupakan inti dari teori behaviorisme Skinner. Unsur yang paling penting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Penguatan dibagi menjadi dua, yaitu Penguatan positif yang ditujukan agar terjadi pengulangan pada perilaku yang diinginkan, dan penguatan negatif untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.
Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan yaitu : Meningkatkan perilaku yang diinginkan, menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping), mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.
B. Saran
Sebagai calon guru Matematika mahasiswa hendaknya perlu memahami pentingnya pemahaman tentang teori belajar skinner dan penerapannya dalam pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan taraf mutu pembelajaran.
Namun perlu disadari bahwasannya tidak ada teori pembelajaran yang sempurna dan bisa digunakan di semua kondisi dan dituasi.. Untuk itu diperlukan adanya kombinasi antara beberapa teori agar bisa lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
http://pgsd2009b.files.wordpress.com,
http://edukasi.kompasiana.com, diakses pada 15 Mei 2011
Margaret E. Bell Gredler, hlm 122
http://t-goeh.blogspot.com, diakses pada 15 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar