Psikologi Islam
Berbicara psikologi sufistik tidak dapat
dilepaskan dari kenyataan empirik yang berupa
pendidikan multikultural. Psikologi sufistik
utamanya yang digagas oleh al Ghazali memiliki
konsep pendidikan multikultural berbasis afektif
dengan model pembelajaran keilmuan yang
dapat memberikan kontribusi kesalihan dalam
berfikir, berperasaan, dan berperilaku. Hasil
pendidikan yang diharapkan adalah terwujudnya
subjek didik yang cerdas memahami realitas
hidup yang beranekaragam dalam kebersamaan,
mencintai kedamaian keharmonisan, saling
menghormati dan menghargai sebagai tuntutan
nilai-nilai kemanusiaan dan keagamaan.
Psikologi Sufistik:
Solusi Pengembangan
Pendidikan Multikultur
Oleh Abdullah Hadziq*
Kata Kunci: psikologi, sufistik, inner potential, multikultural, pluralistik,
affective skill, spiritual, al-shidq ma‘a Allah, husn al mu‘âmalah
ma‘a al-nâs
Pendahuluan
Mengenal Psikologi Sufistik saat sekarang adalah sebuah kebutuhan,utamanya ketika kita dihadapkan berbagai permasalahan kejiwaan yang terus meningkat, akibat ketidakmampuan manusia dalam menghadapi realitas sosial, politik, ekonomi, budaya dan perkembangan zaman. Permasalahan kejiwaan, dalam pandangan Psikologi Sufistik, merupakan gangguan psikis yang diakibatkan oleh berbagai hal : (1) hilangnya power nafs (jiwa) sehingga tidak mampu menggerakkan sikap damai, santun dan tenang, (2) hilangnya power akal sehingga tidak mampu mendorong aktivitas berfikir ilmiah, dan (3) hilangnya power
hati sehingga tidak mampu melahirkan kecerdasan rasa.
Jika salah satu atau semua potensi ruhaniah tersebut tidak berfungsi
sebagaimana yang diharapkan, maka motivasi, sikap dan tingkah laku
manusia cenderung menyimpang, bahkan sering melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan norma sosial dan agama.
Disinilah pentingnya Psikologi Sufistik untuk menangani problem-
problem kejiwaan yang timbul ditengah kehidupan masyarakat. Untuk
merealisir peran tersebut, Psikologi Sufistik menawarkan konsep
pendidikan afektif yang bernuansa multikultural. Hasil yang diharapkan
dari pendidikan tersebut adalah tumbuhnya kesadaran untuk berakhlak
mulia, dalam bentuk kemauan menghargai perbedaan, toleran terhadap
pihak lain, mencintai kedamaian, kerukunan, keadilan, kejujuran,
kebenaran dan kemaslahatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar